Welcome to my little world

Rabu, 05 Oktober 2022

Pak Ray

 Pak Ray termangu. Memandang sepeda motornya yang kini hanya tersisa mesin tanpa ban dengan bola mata terus bergerak tidak fokus. Beberapa detik pikirannya kosong, keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Ini sudah pukul sembilan malam, kepala sekolah menugasinya lembur menyusun dokumen sore tadi. Pria yang baru menginjak usia tiga puluhan itu menurut saja meskipun tau bahwa tugas itu tidak biasanya dan sekarang....dia tidak bisa pulang.

Ada apa ini?

Kresek.

Pak Ray menoleh ke kanan cepat, semak-semak berisik diterpa angin. Udara malam yang dingin menusuk tulang pria itu bagai sengatan lebah. Tapi sayangnya satu-satunya yang dirasakan Pak Ray hanyalah debaran jantungnya yang memburu.

Beberapa detik berlalu dalam hening, Pak Ray mulai mengumpulkan akal sehatnya dan memutuskan untuk pergi ke warung kopi di depan gang sekolah lalu menunggu sampai pagi. Tapi belum sampai dia beranjak, sebuah tangan menerkam mulut dan hidung pria itu dengan selembar kain beraroma lemon lalu sesaat setelahnya... hanya gelap yang menyambut.

BYUR!

"BANGUN!!"

Suara melengking perempuan serta guyuran air panas memabngunkan Pak Ray. Tubuhnya kini hanya berbalut pakaian dalam terikat di sebuah kursi. Rasa panas membakar tubuhnya, di bawah lampu remang-remang kulitnya memerah seperti kepiting. Tapi belum sempat pria itu memroses apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, sebuah pukulan benda tumpul menghantam bagian kanan kepala dan membuat telinganya berdengung.

Pak Ray mengerjap, bingung, dan kesakitan. Suara tawa sahut menyahut di sekitarnya, begitu halus dan mengerikan, tawa perempuan.

"Sakit Pak?" Seseorang mendekati Ray, jarinya yang halus dengann kuku bercat merah mengenggam palu. "kalau begini, bagaimana?"

DUAK!!

Palu menghantam bahu Pak Ray, pria itu sentak mengerang kesakitan. Ia bahkan terlalu ketakutan untuk berkata-kata.

"Bapak tau tidak apa yang telah Bapak perbuat pada kamu semua?" Suara manis yang lain berbisik di belakang kepala Pak Ray, seiring dengan benda dingin yang menyentuh punggungnya. Bulu rona Pak Ray menegang, ia berharap tebakannya salah tentang benda apa itu.

Syaaaat!!

Suara daging disobek menggema di ruangan itu. Banyak tawa tumpang tindih ketika Pak Ray hanya mampu mengerang dengan suara tertahan di kerongkongan. Namun belum selesai otaknya mencerna rasa sakit itu, pukulan kembali meluncur tepat ke kepalanya. Palu pun tidak lagi segan menghantam tubuhnyabertubi-tubi hingga remuk. Sementara ia pun tidak lagi mampu menduga sudah berapa banyak kulit punggungnya terkoyak. Suara tawa yang melengking serta kebahagiaan yang terselip di antaranya mengiringi rasa sakit yang tidak lagi mengerang; bahkan mencicit kesakitan pun ia tidak mampu.

Hingga tiba-tiba saja, semua itu berhenti, meninggalkan tubuh yang bersimbah darah itu dalam keheningan yang mencekam. Sampai akhirnya, aroma bensin menguar di udara.

Pak Ray tau apa yang akan terjadi setelah ini.

Namun disela rasa perih yang ia rasakan ketika cairan bensin disemburkan padanya serta tawa yang makin menjadi, Pak Ray tertegun; ia menduga-duga siapa perempuan-perempuan ini? Siapa yang tega berbuat ini?

Lalu, ketika api disulut dan dilemparkan kearahnya; ditengah-tengah kebakaran api yang membakar tubuhnya dan menerangi seluruh ruangan. Pak Ray akhirnya mengenali murid-muridnya sendiri dan terperanjat hinggu kematian menjemputnya.

Sebenarnya, apa yang telah ia perbuat?

0 komentar:

Welcome to my little world

Diberdayakan oleh Blogger.

Temukan Aku di...

Followers

© Bienvenue, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena