Welcome to my little world

Kamis, 04 April 2013

Langit dan Kau (cerpen Rify repost)



Seorang wanita muda berdiri seorang diri di depan sebuah bangunan sekolah. Angin menyibak rambutnya yang ikal dan panjang itu. Cahaya matahari menyentuh kulitnya. Matanya berkaca-kaca seakan ia tak yakin apa yang dilakukannya hari ini. Lalu akhirnya ia memantapkan niatnya, satu persatu ia langkahkan kakinya masuk kearea sekolah itu. Suara denyit sepatu kets yang ia pakai seakan-akan memecahkan keheningan ditempat itu. Ya tempat itu sepi, terlalu sepi malah. Karena ini memang sudah bukan jam sekolah, yang ada ditempat itu hanyalah wanita itu. Ia terus melangkahkan kakinya dengan amat perlahan, menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air matanya.
Lalu ia berhenti disebuah koridor. Ia hanya berdiri disana berusaha mengingat sesuatu. Dalam pikirannya terdapat banyak suara, lalu tempat itu menjadi ramai. Air matanya kini tak dapat ditahan lagi. Satu persatu kenangan yang sudah lama ia simpan kini mulai kembali lagi, kenangan yang sangat ingin ia lupakan kini berputar diotaknya, seakan-akan ia kembali kemasa beberapa tahun yang lalu. Dimana ia berdiri dilorong dan berusaha melepaskan diri dari tarikan tangan sahabat perempuannya yang memaksanya untuk berkenalan dengan seorang lelaki.
*
“Ayolah Fy! Enggak apa-apa. Cuma kenalan aja kan enggak bisa bikin kamu mati.” Paksa seorang gadis berumur 13 tahun. Tangannya menggenggam erat tangan kanan Ify dan berusaha menariknya ke segrombolan anak laki-laki yang berada di depan ruang kela 7D.
“Enggak mau ah Via! Akukan enggak kenal dia, aku malu.” Tolak Ify dengan tampang memelas dan dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari genggaman temannya.
“Aduh, makanya kalau enggak kenal, kenalan dong!”
“Enggak. Enggak. Enggak. Pokoknya aku enggak mau.” Kali ini dia mulai kesal dan memasang muka cemberut kepada temannya.
“Huh, dasar kamu Fy. Kalau begini caranya gimana kamu mau dapat pacar? Aku kenalkan ke salah satu cowok cakep di sekolah aja kamu enggak mau.” Akhirnya Sivia melepaskan genggaman tangannya dan melipat tangannya di dada.
“Habis aku kan enggak seperti kamu yang mudah banget berkenalan dengan cowok.” Balas Ify mencibir. Tangan kirinya mengusap-usap pergelangan tangan kanannya yang sakit karena tarikan tangan Sivia.
“Yasudah kalau gitu, tapi paling enggak kamu mau melihat wajahnya terlibih dahulu ya. Terus nanti kalau kamu berubah pikiran, kamu bilang sama aku. Nanti aku kenalin deh.” Sivia tersenyum dengan penuh arti. Kedua alisnya naik turun menggoda Ify.
“Baiklah, aku setuju. Memang orangnya itu mana sih? Paling juga biasa-biasa saja.”
“Yang ini beda.” Dari tempat itu Sivia mengarahkan jari telunjuknya kearah salah atu cowok. “Yang paling tinggi yang ganteng itu. Gimana? Cakep kan?”
Mata Ify mengikuti arah telunjuk Sivia. Arah itu tertuju pada sosok seorang cowok tinggi, tampan dan cowok itu tersenyum. Walau senyum itu bukan untuknya, tapi ia merasa darahnya mengalir deras, jantungnya berdetak sangat cepat. Ify hanya diam ditempat itu sambil menatap sang cowok seakan-akan ia tak mau melepaskan pandangannya. Ia merasa itu adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat dan ia juga sadar kalau ia tak akan bisa melupakannya saat itu dan juga senyuman itu.
*****
Wanita itu menarik nafasnya lalu dihembuskan pelan-pelan. Ia menyeka air matanya lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan perlahan. Ia berhenti tepat didepan sebuah papan pengumuman. Lalu ingatannya kembali lagi, suasana itu muncul lagi. Ia merasa berdiri ditengah kerumunan anak-anak sekolah yang berdesak-desakan. Mencoba untuk mencari tempat terdepan.
*****
“Woi, minggir-minggir!” Teriak Ify. Namun tak ada satupun orang yang mau minggir.
Karena kesal, ia mendorong anak-anak lain di depannya agar ia dapat melihat pengumuman yang barusaja dipasang di papan itu. Tangan kanannya menarik Sivia dan tangan kirinya menarik Shilla. Dengan susah payah akhirnya mereka bertiga berhasil juga berada di depan. Mereka langsung mencari nama mereka masing-masing diantara 6 lembar kertas yang tertempel di depan mereka.
“Gimana Shill? Udah ketemu belum?” Tanya Ify sekeras-kerasnya agar Shilla dapat mendengarnya. Suasana ditempat itu memang sangat ramai.
“Udah kok, aku masuk kelas 8-E. Sivia juga ketemu, dia masuk kelas 8-F. Kamu sendiri gimana? Nama kamu enggak ada dikelasku sama dikelas Sivia loh.”
“Yah berarti kita enggak sekelas dong” Mata Ify kini tertuju pada kelas 8-A matanya terus mencari dengan teliti baris per baris nama dari bawah ke atas. Lalu ia menemukan namanya di baris ke 9.
Hatinya sudah lega karena sekolah tidak lupa mencantumkan namanya seperti pikirnya tadi. Ia melihat siapa saja teman-temannya di kelas 8 nanti. Lalu matanya tertuju pada baris ke 24 Mario Stevano Aditya Haling itu berarti ia sekelas dengan cowok itu dan ia bisa mengobrol dengan rio. Cowok yang berhasil mengambil hatinya hanya dengan sebuah senyuman. Cowok yang membuatnya jatuh cinta dalam pandangan pertama. Cowok yang setahun ini ada didalam pikirannya. Lalu lamunannya terpecah karena tarikan tangan Sivia yang mencoba menarik Ify dari kerumunan itu.
“Gimana udah ketemukan?” Tanya Sivia penasaran. Ify hanya menganggukkan kepalanya.
“Yah berarti nanti kita enggak sekelas dong.” Keluh Sivia sedih.
“Enggak apa-apa kita kan masih bisa main bareng waktu istirahat.” Tukas Shilla. “Kamu sekelas sama siapa aja Fy?” lanjutnya
“Banyak. Dari kelas kita ada Angel, Agni, dan Acha. Kalau dari kelas lain ada Zahra, Cakka, Alvin, Rio. Pokoknya banyak deh.” Papar Ify.
“Apa? Cakka dan Rio?” pekik Shilla tiba-tiba. “Ya ampun. Kok yang nakal-nakal masuk ke kelas kamu semua? Kacau tuh kelas. Kasian banget wali nya ntar.” Lanjut Shilla
“Ih emangnya kenapa? Yang penting kan mereka cakep-cakep. Iya kan Fy?” tukas Sivia genit.
Lalu ia mengajak kedua sahabatnya itu pergi meninggalkan tempat itu menuju kantin. Hari itu mereka merasa sangat senang.
*****
Wanita itu melanjutkan langkahnya lagi. Kali ini ia berjalan melewati sebuah koridor yang dinding-dindingnya berwarna putih susu. Langkah kakinya bergema di koridor itu. Ia sampai di ujung lorong lalu ia membelokkan langkahnya ke kanan dan ia memasuki ruang kelas 8-A. Ia berjalan diantara kursi-kursi dan meja-meja yang tertata rapi, hingga sampai di deretan kursi pojok. Ia duduk di salah satu kursi yang ada di situ. Lalu pandangannya kosong.
*****
“Hei Fy, kamu kalo jalan-jalan itu sama siapa sih?” Tanya Rio iseng. Ia daritadi tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar dikelas itu.
“Ya nggak sama siapa-siapa, palingan juga sama temen-temenku.” Jawab Ify sembari menulis.
“Kamu mau nemenin Yo?” Timpal Agni  yang duduk disebelah Ify.
“Iya. Mau. Hehehe” Rio tertawa. “Gimana Fy? Mau pergi sama aku?” lanjut Rio sambil menggoda.
“Nggak ah. Aku nggak mau jalan-jalan keluar sama cowok yang bukan pacarku.” Jawab Ify.
“Yaudah. Kalau gitu kamu jadi pacarku aja gimana?” kata Rio sambil senyum. Lagi-lagi senyuman itu, senyuman yang bisa membuat hati Ify luluh.
Ify kelabakan menanggapi Rio. Ia bingung. Sebenarnya Rio serius atau hanya ingin menggoda Ify. Rio dikenal sebagai playboy di sekolah, lagipula pikirnya tidak mungkin seorang Rio yang sebegitu cakepnya jatuh hati kepada seorang Ify yang biasa-biasa saja. Tiba-tiba Agni berteriak. Teriakannya itu mampu membuat seluruh kelas menoleh kepada mereka.
“Cieee…. Ify ditembak Rio lho!” serempak satu kelas menyoraki mereka. Muka Ify memerah. Bagaimana ini, ia ingung tapi sekaligus senang.
***
Wanita itu bangkit dari duduknya. Berjalan keluar kelas melewati aula yang terletak di lantai bawah bangunan masjid. Lalu ia berdiri di depan pintu sebuah ruang kelas. Ia menyibakkan rambutnya yang tertiup angin. Ia memejamkan matanya.
***
“Emangnya nggak apa-apa kita nggak ikut pengarahan?” Tanya Ify ragu kepada Rio yang duduk disebelahnya.
“Udah nggak apa-apa kok. Habisnya aku males sih.” Tukas Rio.
Saat itu suasana sekolah memang sepi, yang ada hanyalah beberapa anak kelas 1 dan 2. Sedangkan anak kelas 3 seperti mereka mengikuti pengarahan dari guru di lantai atas. Ify tersenyum lebar dan tiba-tiba ia berdiri lalu berjalan menuju keluar kelas tapi Rio menarik tangannya. Karena tarikan tangan Rio, badan Ify sedikit terhempas. Kini badan mereka berdua berhadapan. Mereka tertawa kecil lalu diam. Suasana menjadi hening. Kepala mereka berdua semakin mendekat. Ify merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Mereka berciuman. Jantung Ify berdetak kencang. Mukanya memerah. Ini adalah ciuman pertamanya. Ciuman pertama yang manis.
***
Dilanjutkan langkahnya menuju sebuah ruang kelas. Ia tak dapat membendung air matanya. Kelas itu dulu adalah kelasnya, kelas ditahun terakhirnya berada di sekolah itu. Kelas yang menyimpan banyak kenangan. Ia berjalan menuju kursi belakangyang tepat terletak di sebelah jendela. Itu adalah temoat Rio ketika ia duduk di kelas III SMP. Tempat favoritnya, karena dari sana ia bisa melihat langit yang biru.
***
“Heh Rio! Bengong aja. Ngeliatin apasih? Dari tadi aku liatin kayaknya sama sekali nggak merhatiin pelajaran.” Ify menggeser kursinya mendekati Riotepat setelah bel istirahat berbunyi.
“Langit.” Jawab Rio singkat sambil tersenyum. Senyuman favorit Ify.
“Hmm, aku cemburu. Langit lebih menarik daripada aku?” Ify nyengir menggoda Rio. Rio meletakkan tangannya kekepala Ify dan mengelus-elusnya. Rio tertawa.
“Aku suka langit. Aku pengen jadi langit. Jadi aku selalu tau dimana Ify berada. Apa yang dilakukan Ify.”
“Seperti stalker?” balas Ify mengangkat sebelah alisnya.
Rio tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Ify, memasang wajah serius yang dibuat-buat. “Biar aku bisa selalu melindungi Ify yang cerobohnya kebangetan.”  Rio nyengir jahil dan menyubit hidung Ify, lalu bangkut dari duduknya.
“Rio” Ify menarik tangan Rio. Wajah Ify memerah karena malu.
“Tetaplah bersamaku. Selamanya.” Rio tersenyum.
“Pasti.”
***
“Masih disini.” Wanita itu berbicara lirih, mengusapkan jemarinya ke tulisan yang terukir di meja. RIO+IFY. Lalu airmatanya menetes kembali.
“Apakah kau bahagia?” Ucapnya sambil menatap langit biru.
Tempat ini menyimpan banyak kenangan milik mereka berdua. Wajah Rio, suara Rio, kehangatan Rio, dan semua tentang Rio yang tak dapat ia lihat dan rasakan lagi. Rio tidak main-main ketika ia bilang ingin melindungi Ify. Hampr tiga tahun yang lalu Rio meninggal dalam kecelakaan motor tepat dua hari setelah percakapan saat istirahat itu. Dia melindungi Ify dengan melemparkan dirinya kearah mobil supaya bukan Ify yang tertabrak. Kalau saja Rio tetap memegangi stang motor mungkin saja yang tertabrak adalah Ify.
“Aku akan melangkah walaupun perlahan dengan nyawa yang telah dilindungi olehmu.” Ucapnya lirih.
“Aku nggak pernah bisa melupakan waktu kita bersama. Tapi aku nggak akan pernah menyesal mencintaimu sampai sedalam ini.” Ify menyeka air matanya dan mencoba tersenyum sambil tetap memandang langit.
“Maaf aku nggak bisa nepatin janjiku untuk nggak menangis. Kenangan bersama Rio akan kujaga seumur hidupku. Aku bahagia pernah bertemu Rio. Aku bahagia pernah mencintaimu. Dan aku bahagia pernah dicintai olehmu. Rio, mulai sekarang teruslah menjagaku.”

End
Read More

Welcome to my little world

Diberdayakan oleh Blogger.

Temukan Aku di...

Followers

© Bienvenue, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena