Welcome to my little world

Kamis, 26 April 2012

Aku dan Hujan *cerpen*

Hujan… Saat yang paling aku tunggu. Saat air turun dari langit, saat terdengar suara gemercik air yang mengenai genting, saat semua basah, semua tergenang air hujan.


Di sekolah aku dan teman-temanku terjebak hujan. Memang hujan saat itu cukup deras. Semua yang ada di sana mengeluhkan hal itu, berbeda dengan ku. Aku tersenyum dan merasa sangat bahagia. Karena aku bisa menatap hujan, dan karena hujan telah menahanku bersama dengan sahabat-sahabat terbaikku.


“Huuh… Gila ni ujan ga berhenti-berhenti. Mana nanti aku masih harus les lagi.” Rutu Keke sahabat terbaik dan terbawelku.


“Idiiih. Hujan asik gini.” Kataku tanpa menatap Keke. Tatapanku terus menatap ke depan. Tepat pada bunga-bunga bewarna merah muda berguguran. Indah sekali. Seperti bunga sakura yang berguguran di musim gugur.


“Liat deh Cha. Adik-adik kelas pada main ujan-ujan. Pada ga takut sakit kali ya.” Kata Keke


“Emm. Kalo mereka udah biasa ga mungkin sakit Ke.” Kata Deva yang juga sahabat baikku.


“Eh, kamu kok belum pulang?” tanya Keke ke Deva.


“Ujan gini, masak suruh pulang.” Kata Deva ikut menatap bunga yang ku tatap sedari tadi.


“Bunganya indah banget ya. Kayak bunga sakura di Jepang.” Kata Deva


“Iya. Sandainya kita bisa main-main di sana tanpa terkendala hujan. Pasti asik.” Kata Keke. Aku hanya mendengarkan percakapan mereka tanpa menanggapinya. Kebahagiaanku semakin bertambah setelah aku tau orang yang ku suka pun menunggu hujan reda di depan kelasnya. Tepat di sampingku. Rasanya ingin menyapanya, tetapi rasa malu juga ikut menyelimuti hatiku. Dengan segenap keberanianku, aku pun menyapanya.


“Hai.” Sepatah kata singkat kuucapkan padanya.


“Emm. Hai juga.” Katanya dingin. Sedikit aneh memang. Dia selalu dingin terhadap orang yang belum dikenalnya, tetapi sangat asik diajak berbicara kalo sudah kenal dekat dengannya. Itu kata Deva yang satu kelas dengannya.


“Kamu ngapain masih di sini?” tanyaku tanpa menatapnya. Sebetulnya aku udah tau jawabannya pasti nunggu hujan reda. Tapi dari pada cuma diem-dieman, ya udah aku tanya kayak gitu aja. Sekalian basa-basi.


“Nunggu hujan berhenti. Kamu sendiri?” Tanyanya ke aku. Baru sekali ini dia berbicara padaku. Begitu juga sebaliknya, aku juga baru sekali mengajaknya berbicara. Padahal aku suka dia sejak aku masuk SMP ini.


“Sama.” Jawabku singkat.


Suasana menjadi hening. Aku sibuk dengan pandanganku yang tak henti pada bunga merah muda itu. Dan dia sibuk dengan pandangannya ke adik-adik kelas yang bermain bola di tengah hujan yang cukup deras itu.


“Kamu siapa? Kita kan belum kenalan.” Kataku, sejujurnya aku sudah tau semua tentang dia. Mulai dari nama, tempat tanggal lahir, kakak dan adiknya, alamat rumah sampai benda-benda yang dia sukai.


“Aku Ozy. Kamu?” katanya bertanya balik.


“Acha. Kelas 9 apa?” tanyaku lagi. Memang sedikit aneh saat aku bertanya sesuatu yang memang aku sudah tau betul.


“9b. kamu?” katanya.


“9c. ujannya udah mulai reda. Aku pulang duluan ya.” Kataku berpamitan dan langsung mengajak Keke dan Deva menuju tempat les. Kita bertiga memang sudah bersahabat sejak lama. Kita satu tempat les, satu sekolah bahkan rumah kita satu komplek.


Di tempat les aku tidak terlalu memperhatikan pelajaran saat itu. Pikiranku hanya memikirkan kejadian lucu tadi saat di sekolah, sama sekali tidak memikirkan pelajaran saat itu, pelajaran yang sangat aku benci dan aku pun sangat lemah di pelajaran itu ‘MATEMATIKA’. Semua siswa sangat serius memperhatikan. Berbeda denganku dan Keke yang ada di sebelah ku. Sedari tadi aku hanya menulis-nulis di buku, entah aku menulis apa. Yang jelas terpampang namanya di buku tulisku itu. Sedangkan Keke sedari tadi hanya bermain HP. Lain lagi dengan Deva, dia sangat serius mencatat rumus-rumus dan semua pelajaran yang dijelaskan, maklum dia sangat suka dengan pelajaran ini.


“Cha, nulis apa si kamu?” kata Keke mencoba melihat tulisan yang aku buat.


“Ada deh.” Kataku menutupi tulisan itu.


“Huuh. Dasar Acha pelit.” Kata Keke meledekku, tetapi aku tak menanggapi kata-katanya. Karena saat ini aku memang sedang berbahagia, dan aku tak mau merusak kebahagiaan ku hari ini dengan menanggapi kata-kata Keke dan ujung-ujungnya kita akan saling mengejek.


Jam tepat menunjukkan pukul 4 sore, waktunya pulang dari les. Aku, Keke dan Deva pulang bersama diantarkan sopirku. Setiap les kita bertiga selalu pulang bersama dan sopir yang mengantar kami pulang pun selalu bergantian. Kita bertiga les setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Hari Selasa sopirnya Keke, hari Kamis sopirnya Deva, dan hari ini, hari Sabtu sopirku.


Saat di perjalanan pulang, aku melihat seseorang yang sangat tidak asing untukku. Ozy, ya orang yang berjalan pelan di pinggir jalan itu tak lain dan tak bukan adalah Ozy. Hatiku seperti penuh sesak oleh bunga dan jantungku berdetak lebih kencang. Akupun langsung meminta sopirku untuk berhenti di dekat Ozy. Aku menyuruh Deva untuk mengajaknya pulang bareng. Deva pun langsung keluar dari mobil dan mengajaknya pulang bareng dengan kita.


“Zy, mau kemana lo?” tanya Deva.


“Balik. Lo sendiri?” tanyanya balik, ternyata Ozy orangnya memang sangat tertutup. Persis seperti yang aku tulis di buku ku yang sampulnya tertulis besar ‘SEMUA TENTANG DIA’. di buku itu banyak tertulis tentang Ozy.


“Bareng gue aja yuk. Kita kan searah.” Ajak Deva.


“Ga usah takut ngerepotin.” Kata Ozy singkat. Aku yang melihat dan mendengar itu semua langsung keluar dari mobil dan ikut memaksa Ozy untuk mau pulang bareng.


“Hai. Kita ketemu lagi. Kamu mau kemana? Kok kayaknya buru-buru banget? Bareng kita aja.” Ajakku. Entah kenapa mulutku terasa sangat mudah mengucapkan kata-kata itu ke Ozy. Kata-kata terpanjang yang pernah aku ucapkan untuknya.


“Mau pulang. Aku ga buru-buru banget kok. Kalo bareng aku takut ngerepotin kalian. Lagian kita belum tentu satu arah.” Kata Ozy padaku, itu kata-kata terpanjang yang pernah Ozy katakan padaku. Ozy menatapku. Ya Tuhan, jantungku serasa ingin lepas dan rasanya aku sedang melayang-layang di terbangkan angin yang lembut.


“Ga ngerepotin kok. Kita kan juga pengen tau rumah kamu. Ayolah.” Ajakku lagi. Mataku tak bisa beranjak. Tatapanku terus terarah kearah Ozy. Dan, setetes air jatuh ke telapak tanganku. Ya, hujan kembali datang dan membuatku tambah bahagia.


“Ya udah kalo gitu aku mau. Lagian ini juga udah mau ujan.” Kata Ozy akhirnya setuju.


“Gitu napa dari tadi.” Kata Deva manyun.


“Woy, ayo cepetan. Udah mau ujan.” Kata Keke yang dari tadi hanya di dalam mobil.


Selama di mobil suasana sangat hening, semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku sibuk memandangi Ozy, dan sibuk mengalihkan pandangan saat Ozy merasa aku memandanginya. Keke sibuk dengan headset yang udah di pasang dikupingnya. Deva, entah dia sibuk apa. Dan Ozy, dia hanya memandangi jalan dan memberitau arah pada sopirku. Mobil yang aku tumpangi ini rasanya seperti mobil yang kosong tanpa penumpang. Semua yang ada di sana hanya terdiam. Mungkin hanya sesekali ada suara pangeranku yang memberitau arah kanan atau kiri atau lurus saja.


“Sepi amat sih. Ga betah banget aku. Ayo donk pada ngomong.” Kataku memecahkan kesunyian, dengan penuh harap agar Ozy yang menanggapi omonganku tadi itu.


“Ni udah ngomong. Ini kan baru ujan, jadi ga mungkin sepi kan buat kamu.” Kata Deva cengengesan. Tidak sesuai harapanku. Deva dan Keke memang sudah tau kalo aku suka banget sama Ozy. Jadi saat Deva menanggapi omonganku tadi dia sambil cengengesan. Dasar Deva nakal *plakk… dipukuli DS.


“Ya udah sekarang kamu ngomong sendiri aja. Kan nanti jadi rame.” Kata Ozy. Dalam hati aku seneng banget dia ngomong ke aku lagi. Tapi di lain sisi aku pengen mukul dia pake sepatu yang aku pake, masak aku suruh ngomong sendiri emang aku gila apa. Idiiih.

“Idiiiih, gila donk aku.” Kataku singkat.


“Pak udah sampe sini aja pak. rumah saya tinggal di depan situ kok pak.” kata Ozy sambil menunjuk ke arah rumah yang cukup luas.


“Thanks ya semua.” Katanya lagi dengan senyuman yang sangat bisa membuatku melayang sampai ke langit ke sembilan #tujuh kurang.


“Masama.” Jawabku singkat dan hanya aku yang menjawab perkataan Ozy tadi.


Setelah mobilku meninggalkan rumah Ozy, kita semua langsung menuju ke komplek rumahku. Suasana hening kembali. Keke tertidur pulas di kursi samping sopir. Aku seperti biasa, menulis sebuah tulisan di buku ‘SEMUA TENTANG DIA’. Deva hanya memandangi jalanan yang basah karena hujan.


Selesai menulis aku ikut memandangi jalan. Semua basah, semua tergenang air. Banjir dan macet. Itu yang terjadi sekarang. Hujan masih turun rintik-rintik. Ku buka jendela mobil dan menghirup udara yang masih berbau tanah, udara dingin pun ikut kurasakan. Ku rasa perjalanan menuju rumah akan memakan waktu banyak. Dan yang pasti ku rasakan hari ini sangat melelahkan, tetapi hari ini hari yang sangat berkesan untukku. Aku pun menutup jendela mobil dan mulai mengikuti hal yang Keke lakukan, tidur.


Beberapa hari setelah kejadian yang mengesankan itu terjadi. Aku melakukan semua kegiatan seperti biasa. Tak ada yang aku ubah. Semua berjalan seperti biasa. Seperti kehidupanku yang semula. Hanya ada aku dan sahabat-sahabatku. Setiap istirahat tak pernah berhenti aku mencari informasi tentang pangeranku itu dengan sembunyi-sembunyi, jangan sampai dia mengetahui itu. Mungkin kegiatan itu akan aku lakukan selama aku masih menjadi siswa di SMP ini. Dan mungkin akan terjadi lagi di SMA kalo kita sama lagi di SMA. Tapi aku harap dia bisa tau dan peka terhadap perasaanku itu. Semoga.


“Cha, ada kabar gembira.” Kata Deva mengagetkanku. Dan berhasil membuat Keke sewot.


“Kamu ni kenapa si kalo ga ngagetin? Untung kita ga punya penyakit jantung. Coba kalo jantung kita copot. Mau nuker apa?” kata Keke sewot. Aku hanya tertawa melihat tingkah Keke.


“Hahahaha… aku ke sini tu bawa kabar gembira.” Kata Deva tertawa.


“Kabar gembira buat siapa?” tanyaku


“Buat kamu. Aku udah dapet nopenya Ozy.” Kata Deva. Akupun langsung berdiri, tersenyum dan bahagia sekali. Satu informasi yang paling aku butuhkan. Deva memang sahabat terbaikku dah, setelah Keke. Heheee


“Bagi donk.” Kataku mengemis kepada Deva.


“Es krim conello satu.” Kata Deva.


“Enak aja. Kalo pake syarat mending kita minta sendiri aja.” Kata Keke yang masih sewot dengan Deva.


“Minta aja kalo berani.” Kata Deva. Aku dan Keke langsung meninggalkan Deva yang masih duduk di bangku kantin pojok. Kami berdua langsung menuju kelas 9b yang berada di atas, di samping kelasku. Di sana dapat ku lihat Ozy duduk dengan buku di tangannya. Dia terlihat seperti sedang menulis. Aku dan Keke langsung menghampirinya. Rasa malu kembali menyelimutiku. Apa ini yang akan selalu aku rasakan setiap bertemu dengannya? Aduuh, keringat mulai membasahi tanganku. Tanganku mendadak menjadi dingin. Kenapa ini? Tanyaku pada diriku sendiri. Tapi aku tak menemukan jawaban untuk pertanyaan itu. Satu yang kuharapkan sekarang. Hujan datanglah, hibur aku dengan suara gemercik mu.


“Ngapain kalian ke sini?” tanyanya ke aku dan Keke.


“Emm, ini aku cuma nganter Acha. Dia katanya mau minta nopemu.” Kata Keke ngasal. Aku yang merasa sangat malu langsung menginjak kaki Keke dan berbisik ‘gila lo Ke’. Keke hanya membalas dengan senyuman tak bersalahnya.


“Oooow. Tadikan aku udah kasih ke Deva. Kalian minta aja ke dia.” katanya

.

“Deva nya pelit.” Kataku singkat.


“Ya udah, kamu catet gih. 085*********.” Katanya memberi senyuman dan nopenya ke aku. Sungguh bahagia hari ini. Bunga-bunga muncul kembali di hatiku.


“Thanks ya.” Kataku dan langsung berlalu keluar kelasnya Ozy. Keke hanya mengekorku saja.


Hari demi hari ku lalui dengan rasa bahagia selalu. Musim hujan sudah hampir berakhir. Ku harap kedekatanku dengan Ozy tak akan berakhir. Aku dan Ozy memang menjadi lebih dekat sejak saat itu. Tapi aku tetap tidak melupakan Keke dan Deva yang banyak membantuku itu. Mungkin hujan hari ini adalah hujan terakhir untuk musim hujan tahun ini. Semoga musim hujan tahun depan lekas datang.


Satu hari sebelum ujian tengah semester. Panas terik matahari membakar kulitku. Aku sangat benci dengan keadaan ini. Rasanya sangat malas keluar dari ruangan. Tapi kalo aku di dalam ruangan terus rasanya pengap. Serba salah, itu yang aku benci. Tengah pelajaran yang membosankan, aku dan Keke meminta izin pergi ke kamar mandi. Izin palsu, kami berdua pergi ke kantin. Kami membeli minuman dingin. Lumayan, minuman dingin itu dapat membuat badan kami segar kembali. Tapi, Ooo…. Ada dua orang yang ada di hadapan kami. Ozy dan Deva, mereka memergoki kami bolos pelajaran. Memang agak sering aku dan Keke membolos pelajaran. Dan semua sudah tau itu.


“Hayoo, bolos lagi ya?” goda Ozy. Benar kata Deva, Ozy orangnya asik diajak ngobrol kalo udah kenal deket.


“Hehehe, kalian juga. Bosen banget di kelas.” Kataku, rasa malu yang selalu menyelimuti hatiku itu sekarang sudah mulai menghilang. Semua itu karena sahabatku.


“Ga kok, lagian kita kan cuma mau lewat sini aja.” Kata Deva ngeles. Ada satu hal yang sering sekali aku perhatikan, Keke. Setiap ada Deva, pasti mata Keke berubah menjadi lebih bersinar dan dia selalu terlihat ingin tersenyum, tetapi senyumannya selalu tertahan di ujung bibir saja. Aku selalu memperhatikan itu. Sudah lama ku perhatikan tetapi tak satu jawaban untuk menjawab pertanyaanku. Kenapa Keke? Ada apa dengannya? Pertanyaan yang sudah lama ada di benakku.


“Udah yuk Cha, kita ke kelas aja.” Ajak Keke. Dan kita berdua langsung meninggalkan Ozy dan Deva.


Ujian tengah semester pun berakhir. Itu artinya, waktuku untuk belajar sebelum Ujian Nasional tinggal beberapa bulan saja. Aku harus lebih rajin dan giat belajar. Beberapa teman-temanku juga melakukan hal yang sama denganku, belajar giat. Aku, Keke dan Deva juga semakin sering belajar kelompok bersama, memang kurang seru rasanya tanpa ada Ozy.


Terdengar gosip, entah benar atau tidak. Gosip itu mengatakan bahwa Ozy akan pindah ke Makassar setelah lulus SMP ini. Rasa takut kehilangan Ozy muncul di setiap ruang di hatiku. Mungkin terlalu berlebihan. Tapi memang itu yang aku rasakan sekarang. Aku sekarang lebih menjaga jarak dengan Ozy. Rasanya memang sangat berat untuk mencoba menjaga jarakku dengan Ozy. Tapi ini aku lakukan agar aku terbiasa dengan keadaan jauh dari Ozy. Hanya Keke yang tau mengapa aku menjadi seperti ini. Karna dia, bisa dibilang tempat sampahku. Setiap ada masalah, aku pasti cerita kepada Keke. Begitu juga sebaliknya, aku juga tempat sampahnya Keke. Mungkin Ozy dan Deva sudah merasa aneh dengan sifatku ini. Mereka berdua sering menanyakan tentang hal ini. Tapi aku tak akan memberi tau mereka sekarang, akan ku beritau kalau waktunya sudah tepat.


Di kantin sekolah


“Cha, aku mau ngomong sama kamu bentar. Boleh ga?” tanya Ozy.


“Boleh, ngomong aja.” Kataku mencoba cuek. Tapi tetap tak bisa. Mataku tetap ingin memandangnya.


“Ayo ikut aku.” Kata Ozy sambil menarikku. Ingin ku melawannya. Tetapi tenagaku tak kuat untuk melawannya. Semua yang ada di pikiranku selalu berkebalikan dengan semua yang ada di hatiku. Apa yang terjadi ini? Tuhan tolong aku…


Di bangku taman sekolah. Di atasku tepat terdapat pohon bunga yang berwarna merah muda yang sangat indah itu. Satu-satunya pohon yang aku sukai di sekolah ini.


“Cha, kamu sekarang kenapa jaga jarak banget sama aku Cha? Emang aku salah apa sama kamu?” tanya Ozy merasa bersalah.


“Kamu ga salah apa-apa kok. Cuma aku baru pengen gitu aja.” Kataku. Airmataku terbendung di kelopak mataku. Ku harap airmata ini tak jatuh sekarang. Jangan sekarang. Aku ingin air langit jatuh dan membasahi bumi gersang ini. Tapi sayang, aku bukan pengendali hujan. Air langit itu tak akan jatuh di musim kemarau ini.


“Mulutmu bisa berbohong Acha. Tapi matamu, ga akan pernah bisa bohong. Aku bisa liat kesedihan dan ketakutan yang teramat di matamu itu. Jujur aja Cha sama aku.” Kata Ozy penuh perhatian. Kali ini mengapa airmataku jatuh bercucuran. Sudah tak bisa ku tahan lagi airmata itu. Mungkin memang ini saatnya aku jujur. Saatnya aku memberanikan diri mengungkapkan segala yang aku rasakan selama ini.


“Iya Zy. Aku emang baru sedih banget. Aku takut kehilangan pangeranku. Pangeran yang sejak lama aku nanti. Semua orang mengatakan pangeran itu akan pergi jauh. Aku takut dia ga kembali lagi. Tapi kalo itu yang memang harus terjadi, aku ga bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa menerima kenyataan pahit itu.” Kataku dengan muka yang penuh airmata. ‘dan pangeran itu adalah kamu Zy.’ Lanjutku dalam hati.


“Pangeranmu ga akan pergi kemana-mana kok Cha. Dia pasti akan selalu di hatimu. Selama kamu masih mau menjaga hatimu untuk pangeranmu itu.” Kata Ozy. Aku tak berani menatap Ozy. Tapi kalo aku terus menunduk, dia bisa tau kalo aku suka sama dia. aku ga mau itu terjadi. Belum waktunya.


“Semoga. Ku harap dia ga pergi.” Kataku miris.


“Pangeranmu itu ga akan pergi ke Makassar, Acha. Dia bakalan terus ada buat kamu.” Kata Ozy. Aku kaget, kenapa dia tau kalo pangeranku itu adalah dia. wajahku langsung terangkat. Kutatap Ozy dengan penuh tanda tanya. Bunga merah muda berguguran tertiup angin. Suasana menjadi sangat indah. Aku harap angin ini membawa air langit kemari.


“Kamu pasti kaget. Aku udah tau itu sejak lama. Deva yang kasih tau aku. Saat itu aku juga kaget dengernya. Rasanya tak mungkin kamu bisa suka sama aku. Kamu kan orang yang bisa dibilang dari golongan atas. Kenapa bisa suka sama aku yang notabene dari golongan bawah? Itu aneh aja untukku.” Kata Ozy. Di sudut bibirnya terdapat senyuman kecil. Tapi senyuman itu sangat bermakna untukku. Rasa malu menyelimutiku kembali.


“Menurutku, aku suka sama orang itu ga mandang materi. Mau dia kaya, mau dia miskin, mau dia gimana pun. Tapi kalo aku suka ya udah, apa boleh buat.” Kataku asal jawab. Biar lah asal jawab, masuk akal ga masuk akal terserah dah. Yang penting aku jawab pertanyaan itu. Setelah aku menjawab pertanyaannya itu, Ozy terlihat hanya menunduk. Entah mengapa, tapi aneh saja. Dia tak biasa seperti itu. Rintikan hujan mulai kurasakan. Senyuman ku mulai berkembang kembali. Terimakasih Tuhan kau kabulkan doaku.


“Sama Cha. Aku juga suka sama kamu. Tapi aku ga pernah berani ngungkapin itu. Mungkin aku terlalu penakut.” Katanya. kata-kata yang sangat aku tunggu-tunggu sejak awal masuk SMP dulu. Kata ‘aku juga suka kamu’ terngiang-ngiang di telingaku. Rasanya hatiku bermekaran penuh bunga, jantungku berdetak sejuta kali lebih cepat. Senang sekali aku hari itu.


“Ga kok Zy. Kamu bukan penakut. Kalo kamu penakut, terus aku apa? Aku juga sama. Aku juga ga berani ngungkapin perasaanku. Sekarang kita masuk yuk. Hujan udah mau dateng. Kita ke atas aja yuk.” Ajakku dengan senyuman. Ozy mengangguk dan langsung menggandeng tangan kananku. Aduuuh, serasa terbang di angkasa.


“Kita langsung ke tempat kita awal kenalan aja ya. Di depan kelasku.” Kata Ozy. Ya Tuhan, ternyata dia masih ingat tempat itu. Tempat di mana aku bisa menatap hujan dan bunga-bunga yang berguguran. Senangnya aku hari ini.


Di atas, di depan jendela kelas 9b Keke dan Deva sudah menungguku dan menunggu Ozy. Mereka juga terlihat sangat bahagia. Mata Keke, seperti biasa setiap ada Deva. Bersinar dan terlihat senyuman di ujung bibirnya. Tapi senyuman itu kini sudah tak tertahan lagi. Ku lihat tangan mereka bergandengan. Ya, tangan Keke dan Deva bergandengan. Apa mereka? Sudah ah, dari pada larut dengan perasaan penasaran langsung saja ku tanyakan.


“Kalian tumben gandengan. Jangan bilang kalo kalian…” kata-kataku terpotong.


“Iya bener.” Kata Deva singkat.


“Selamat ya. Waah, kembar ni ceritanya.” Kata Ozy. Kembar? Apa maksud nya? Entah apa maksudnya. Tapi saat Ozy bilang kembar Deva dan Keke langsung tertawa dan mengucapkan kata selamat ke aku dan Ozy. Mataku langsung memandang Ozy, menandakan aku tak mengerti dengan semua ini.


“Maksud aku. Kita jadiannya bareng.” Kata Ozy. Ha? Apa? Jadian? Tak mengerti aku maksud semua ini.


“Kan kita belum…” lagi-lagi kataku terpotong. Aku benci itu.


“Kan kita udah bilang sama-sama suka. Hahaha….. ya udah, Acha kamu mau jadi cewe ku ga?” kata Ozy ngakak. Aku kesal dengan itu.


“Ga.” Kataku langsung pergi ke dalam kelas ku.


Keke, Deva dan Ozy hanya heran melihat tingkahku. Mereka mengejarku masuk ke dalam kelas. Di kelas ku tulis besar-besar di sebuah sobekan kertas. ‘GA BISA BILANG GA’. Semua yang ada di situ tertawa. Kecuali Ozy, dia terlihat manyun. Mukanya lucu sekali. Manyun tapi mukanya merah. Hahahaa… aku pun ikut tertawa.


Ternyata gosip Ozy akan pergi ke Makassar itu benar-benar salah. Ozy tetap melanjutkan sekolah di kota ini. Ujian Nasional sudah ku tempuh. Semua berjalan dengan lancar. Sesuai harapanku. Aku, Keke, Deva dan Ozy lulus dengan nilai yang bagus. Nilai yang sangat bisa di banggakan. Kita berempat berencana masuk ke SMA yang sama. Mungkin sudah suratan takdir, kita selalu bersama. Bersama dengan sahabat dan orang yang kita sayangi, hal yang paling indah di dunia. Mulai sekarang dan seterusnya, aku tak akan menyia-nyiakan hidup ku ini. Hidup yang sangat sempurna ini. Semoga kita semua akan selalu bersama, dalam suka ataupun duka. Aku sayang kalian sahabatku. Aku sayang kamu pangeranku.
Read More

Rindukan Dirimu *cerpen*

Siang itu mendung tebal menyelimuti langit. Sepertinya hujan deras akan turun sebentar lagi. Di dalam kamar mulai kurasakan hawa dingin, mulai kudengar gemercik air. Sial, hujan deras itu benar-benar datang. Itu berarti aku harus tetap di rumah, aku tidak bisa bermain keluar rumah. Tidak bisa bertemu dengan sahabat-sahabat baikku. Itu sangat membosankan.



Di sini aku tinggal bersama nenekku. Aku juga mempunyai dua sahabat baik. Mereka bernama bernama Rio dan Ray. Aku selalu bermain dengan mereka berdua. Bahkan kalo di sekolah banyak yang bilang dimana ada aku pasti ada Rio dan Ray, begitu sebaliknya.

Di depan jendela kamar aku hanya duduk memandangi hujan yang turun dan menari-nari begitu saja tanpa merasa bersalah. Semua benda basah terkena air hujan. Tiba-tiba terdengar suara teriakan nenek memanggilku dari lantai bawah.

“Alvin…” Teriak nenek.

“Iya Nek..” Jawabku langsung berlari ke bawah.

“Minggu depan kamu harus sudah siap berangkat ke Malang.” Kata nenek sesampainya aku di bawah.

“Nenek… Alvin gak mau ninggalin kota Jakarta ini. Alvin gak mau ninggalin sahabat-sahabat Alvin.” Tolakku. Hujan di luar bukannya semakin reda, tetapi tambah deras.

“Alvin.. nenek tau, kamu sayang banget sama Rio sama Ray. Tapi kamu juga harus pindah ke Malang. Kamu harus menemui kedua orang tuamu di sana. Besok kalau kamu udah besar, nenek janji Alvin boleh banget balik ke Jakarta lagi.” Paksa nenekku. Aku tak menghiraukan kata-kata nenek tadi. Tanpa menjawabnya, aku langsung berlari keluar rumah.

Hujan yang semakin deras itu tak menghalangiku untuk berlari ke bangku sebuah taman. Dingin menusuk tulangku, tapi itu tak kurasakan. Aku duduk di bangku taman tempat aku, Rio dan Ray sering bermain. Aku menangis di sana.

Tuhan. Aku belum siap ninggalin kota ini. Aku belum mau meninggalkan sahabat-sahabatku. Dan mungkin aku gak akan mau ninggalin sahabat-sahabatku itu. Sebuah kaleng pun menjadi korban kemarahanku. Aku duduk di taman yang sangat sepi itu. Tak ada seorangpun yang datang ke taman itu.

“Jangan nangis Alvin. Kamu cowo. Kamu gak boleh nangis.” Kataku sendiri sambil menghapus air mataku.

Lama aku duduk menangis di taman itu. Hujan masih terus mengguyurku dan bumi gersang ini. Aku pun beranjak dari tempat dudukku. Aku mulai berjalan menyusuri taman itu. Aku berjalan menuju rumah Rio. Rumah Rio lah yang paling dekat dengan taman dibanding rumahku dan rumah Ray. Pusing yang sangat mulai kurasakan. Wajahku pun mulai memucat. Ku percepat langkah kaki ini. Jarak menuju rumah Rio masih sedikit lagi. Ayo Alvin kamu kuat.

Sesampainya di rumah Rio. Ku ketuk pintu rumah yang sangat besar itu. Dengan harapan cepat ada yang membuka pintu itu.

“Ya Tuhaan.. Alvin. Kamu ngapain hujan-hujan. Ayo masuk.” Kata Rio yang baru saja membukakan pintu. “Kamu sekarang ganti baju dulu. Pakai baju ku terserah yang mana. Terus nanti aku buatin minuman anget.” Sambungnya, muka Rio terlihat sangat khawatir.

Aku hanya duduk di ruang tamu rumah Rio dengan handuk kecil yang terkalung di leherku. Rasanya dingin sekali hari ini. Kepalaku semakin pusing. Tanpa ku sadari Rio telah membawakan segelas minuman hangat dan satu set baju untukku. Dia memang baik sekali.

“Yo,” panggilku lemah. Rio pun menoleh ke arahku. “Thanks ya Yo. Kamu baik banget,” kataku lagi. Kalau begini baiknya sahabat-sahabatku ini, mungkin aku tidak akan pernah tega mengucap kata pamit ke mereka.

Setelah minuman hangat itu ku habiskan dan baju itu aku pakai. Aku disuruh istirahat di kamar Rio.

Selama seminggu setelah kejadian itu. Aku, Rio, dan Ray selalu bermain bersama. Aku ingin menghabiskan waktu-waktu terakhirku di kota ini bersama dengan sahabat-sahabatku itu. Hari ini aku berangkat ke Jogja, tetapi aku belum berpamitan dengan sahabat-sahabatku.

Untuk terakhir kalinya aku mendatangi taman tempat kami bertiga biasa bermain. Dengan harapan di hari Minggu yang cerah ini Rio dan Ray sedang bermain di sana. Dan aku bisa berpamitan dengan mereka. Semoga janji nenek itu benar. Aku bisa kembali ke sini kalau aku sudah besar nanti.

Di taman, terlihat Rio akan memberi surat kepada seorang perempuan. Surat itu aku rebut dan ku baca keras-keras. Rio terlihat sangat marah dan pergi meninggalkanku. Memang aku salah, Ray juga ikut pergi meninggalkanku. Itu artinya aku tidak bisa berpamitan dengan kedua orang yang selalu menghiburku. Aku pun pergi meninggalkan taman dan langsung menaiki mobil yang akan membawaku pergi ke Malang.

Saat mobilku melaju meninggalkan rumahku. Aku melihat Rio berlarian mengejar mobilku. Sepertinya dia mengatakan sesuatu. Tapi aku juga tak bisa menghentikan mobil yang melaju sangat cepat ini. Maafkan aku sahabatku.

Sesampainya di Malang, aku tak akan melupakan kedua sahabat sejatiku itu. Di sana aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan dua orang kakak perempuanku. Tapi rasanya tetap saja sepi, tak ada sahabat yang menemaniku. Orangtuaku sibuk bekerja, kakak-kakakku sibuk dengan urusan masing-masing.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang aku sudah berumur 18 tahun. Kata nenek, aku sudah boleh pergi ke Jakarta menemui sahabat-sahabatku. Rasanya sungguh bahagia hatiku saat itu. Setelah nenek memperbolehkanku, aku langsung meminta izin kepada orangtuaku dan kepada kakak-kakakku. Mereka juga mengizinkanku pergi ke Jakarta. Dan mereka juga mengizinkanku tinggal di rumah nenek yang di Jakarta. Lengkap sudah kebahagiaanku hari ini.

Aku langsung mengemasi barang-barangku. Semua sudah masuk ke dalam koper besar. Aku ke Jakarta dengan menggunakan mobil, tanpa di temani siapapun.

Setelah satu hari satu malam di dalam mobil. Akhirnya aku sampai di depan rumah nenek. Rumah itu masih terawat. Entah siapa yang merawatnya. Aku langsung masuk dan beres-beres di dalam rumah. Selesai berberes-beres dan membersihkan badan aku berniat akan pergi ke taman tempat dulu aku, Rio, dan Ray sering bermain.

Baru keluar dari pagar rumah. Ada seseorang menepuk bahuku dan memanggil namaku. Aku langsung menoleh. Sepertinya aku kenal wajah-wajah dua orang yang sekarang ada di hadapanku ini.

“Vin, kamu masih inget aku kan? Masak kamu lupa?” kata salah seorang dari mereka.

“Kalian siapa? Kalian kenal aku?” kataku masih berfikir. “Ya ampun. Kalian Rio sama Ray kan?” sambungku saat aku sudah mengingatnya.

“Bener banget. Kamu kemana aja? Kok kamu ngilang tanpa ada kabar?” tanya Ray yang tidak meninggalkan ciri khasnya. Rambut gondrong.

“Maafin aku ya. Aku gak pamitan dulu sama kalian. Waktu itu aku mau pamitan, tapi Rio marah sama aku. Ya udah, aku gak jadi pamit sama kalian,” kataku sambil memeluk kedua sahabat-sahabat terbaikku itu.

“Kamu gak salah kok. Aku yang salah waktu itu pakai acara marah-marah segala. Sekarang senyum donk Alvin yang murah senyum itu mana?” kata Rio menyalahkan dirinya dan mencoba menghiburku. Rio masih sama seperti dahulu, dia masih tetap menjadi anak yang paling rapi pakaiannya diantara kita bertiga.

“Udah, di sini gak ada yang salah. Kita sekarang ke taman yuk. Main-main kayak dulu lagi.” Ucap Ray menengahi.

Mulai saat itu aku bisa kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatku. Ternyata benar kata orang-orang bahwa semua akan indah pada waktunya.
Read More

Kenangan NICE dan RINSON

@facebook

Memang bisa dibilang aku yang paling eksis di dumay yang satu ini di banding teman-teman dekatku (RINSON_red). Ya, teman dekat tempat aku bercerita dan melampiaskan segala keinginan jailku *eh.

Malam itu (05082011 jam 20.43) jujur aku iseng, aslinya mau cari lirik lagu "hujan_utopia; di catatan facebooknya paman (christo) yang pernah di tag di facebookku. Aku mencari lewat "catatan tentang saya" awalnya bosen. Bosen banget malah. Semuanya isinya cerpen, cerbung, cermin, bedak, sisir, parfum, jepet *eh. Emang sih aku suka baca cerpen sama cerbung jadi banyak yang aku mintain tag deh.. Makasih kawan!!! :D

Lamaaa aku selalu memilih tulisan biru bertuliskan "Lihat catatan selanjutnya" sedikit seperti tersentak. WAW. Ada catatan dari Dimas Neon, ya.. itu Dimas H.S tanpa P. Judulnya "Tazana Quietto Fahmi" itu nama teman kita! :D. Aku membaca catatan itu. Emm, mengenang sedikit tentang Fahmi, guru elektronikaku walau cuma bentar banget dan SALAH.. Hahaa.. aku kembali ke catatan yang bejibun begitu banyak itu. Sampai pada beberapa deretan catatan ada dari Cha Cheza, itu loh Chesa anak unyu yang pikirannya ngelebihin psikolog tukang ceramah :p maap yak.. Catatannya berjudul "hari ini akan ku ukir kenangan yang akan menjadi sejarah bagi masa depan" hey, judulnya panjang. Panjang banget malah. Aku membaca tulisan catatan itu isinya tentang apa yak?? Kayaknya tentang itudeh kasih semangat, bersyukur dengan hasil yang kita peroleh, dan keep smile :) bagus Ches.. Lanjutkan!!

Aku pun melanjutkan pencarianku. Di tengah pencarianku yang entahlah ketemunya kapan. Aku membaca ada catatan dari Alexandria Andrean Aurora, itu dari Lexa mbaknyaaa *lambai'in tangan sampe copot* itu catatan judulnya "Kenanganku Denganmu" aku mengulang membacanya. Dulu memang aku pernah membaca, jadi ulang. Isinya tentang RINSON, kebersamaan RINSON, perbedaan RINSON, dll tentang RINSON. Nafasku mulai sesak.. ya sengal gitu lah.. apasih pokoknya sedih deh kangen waktu SMP pokoknya.

Aku kembali, aku melihat deretan catatan-catatan manusia-manusia lain. Aku berhenti lagi di catatan dari Cha Cheza mbak yol, mbak ngantuk.. Aduuh catatannya judulnya "Bukanlah Perpisahan" emang bukan perpisahan kitakan RINSON, NICE, Splasta :D selalu bersama dalam suka ataupun duka *apadeh. Aku membukanya, memahaminya dan air mataku yang aku bendung tadi di bendungan Gajah Mungkur *berasa nyinggung diriku* itu jebol. WAW, aku menangis. Mulai dari kata CERITA sampe nyanyi pinjem lagunya Bondan sampe ada kata-kata yang paling aku kangenin PePeh. PePeh guru bahasa Jawa terWAW deh di SMP 11 Yogyakarta tercinta ini *lhayo ming siji kuwi* selesai membaca dan memahami dan saya kembali mencari lirik lagu itu, aku berhenti lagi-lagi-lagi di catatanku sendiri yang aku tag ke fbku sendiri "Tentang RINSON" isinya cuma omongan gilaku aja tentang terbentuknya RINSON, asalmula nama RINSON, asal kata Xa.Sa.Cha.Ta_Bos.Mos.Fii.Ty aku masih hafal loh.. aku membaca itu lagi. Aku mengenang kebersamaan RINSON dan member of NICE lainnya, nakal-nakalnya kita, waktu baru kita bandel, waktu kita cari jati diri yang emang sampe sekarang aku belom ketemu, sampe waktu ada perkara yang aneh-aneh lah, enggak jelas lah, dll. Habis baca itu semua aku capek eh.. Udah ah, aku enggak jadi cari liriknya ah.. Maap yak paman ga jadi :D.



Beye beye semuaa.. Aku menghilang *CLING* --> lirik Niknok :p

besok kapan-kapan balik lagi deh nyariin tu lirik lagi :p :D
Read More

MAHABHAKTI


MAHABHAKTI
Mahabhakti adalah perkemahan selama 4 hari 3 malam oleh seluruh siswa kelas 10 MAN Yogyakarta 1.untuk tahun ini perkemahan diadakan di Klaten, tepatnya di Bumi Perkemahan Dodiklatpur. Kami berangkat dari sekolah dijanjikan oleh sangga kerja pukul 8 tetapi karena ada beberapa hal yang belum diselesaikan oleh sangga kerja, akhirnya kita berangkat pukul 9.30 mundur 1 setengah jam. Tema Mahabhakti tahun ini adalah Tanamkan Jiwa Kebersamaan dalam Perkemahan Bahakti, jiwa kebersamaan sering disebut juga koorsa. Sangga kerja terdiri dari kakak kelas 11 dan beberapa alumni dan guru yang turut membantu.
Kesan Mahabhakti tahun ini menurutku kemah terkeren dari kemah-kemah yang pernah saya lakukan selama dari sd sampai sekarang. Karena untuk kemah mahabhakti ini kemah pertama yang saya jalani tanpa mengeluarkan air mata
Read More

Minggu, 01 April 2012

werewolf

Seorang werewolf atau werwolf, juga dikenal sebagai lycanthrope (dari bahasa Yunani λυκάνθρωπος: λύκος, lukos, "serigala", dan άνθρωπος, anthropos, manusia), adalah sebuah mitologis atau folkloric manusia dengan kemampuan untuk shapeshift ke serigala atau antropomorfik serigala -seperti makhluk, baik dengan sengaja, oleh karena tergigit atau tergores werewolf lain, atau setelah diletakkan di bawah kutukan. Transformasi ini sering dikaitkan dengan munculnya bulan purnama, seperti yang populer dicatat oleh penulis sejarah abad pertengahan Gervase dari Tilbury, dan mungkin pada jaman dulu di antara kuno Yunani melalui tulisan Petronius.
  Werewolves sering dikaitkan kekuatan super-manusia dan indera, jauh melampaui orang-orang dari kedua serigala atau laki-laki. Manusia serigala pada umumnya diselenggarakan sebagai Eropa karakter, meskipun pengetahuan menyebar ke seluruh dunia di kemudian hari.  Shape-shifter, mirip dengan manusia serigala, yang umum dalam cerita-cerita dari seluruh dunia, terutama di antara penduduk asli Amerika, meskipun kebanyakan dari mereka melibatkan bentuk-bentuk binatang selain serigala.
Werewolves adalah subjek modern sering fiksi buku, meskipun fiktif manusia serigala telah disebabkan sifat-sifat yang berbeda dari orang-orang asli cerita rakyat, terutama kerentanan terhadap peluru perak. Werewolves terus bertahan di kebudayaan modern dan fiksi, dengan buku-buku, film dan televisi memperkuat sikap manusia serigala sebagai tokoh dominan ngeri.



Etimologi 

Bagian pertama, wer, menerjemahkan sebagai "manusia" (dalam arti khusus dalam manusia laki-laki, bukan ras kemanusiaan pada umumnya). It has cognates in several Germanic languages including Gothic wair , Old High German wer , and Old Norse verr , as well as in other Indo-European languages , such as Sanskrit 'vira', Latin vir , Irish fear , Lithuanian vyras , and Welsh gŵr , which have the same meaning. Hal ini sanak di beberapa Jermanik bahasa termasuk Gothic wair, Jerman Kuno wer, dan Norse verr, serta lain bahasa Indo-Eropa, seperti Sansekerta 'vira', Latin vir, Irlandia takut, Lithuania vyras, dan Welsh gŵr , yang memiliki arti yang sama. The second half, wulf , is the ancestor of modern English "wolf"; in some cases it also had the general meaning "beast." Babak kedua, Wulf, adalah nenek moyang Inggris modern "serigala"; dalam beberapa kasus juga mempunyai arti umum "binatang."
  Alternatif etimologi bagian pertama berasal dari Inggris Kuno weri (memakai); formulir lengkap dalam hal ini akan Dipoles sebagai pemakai dari kulit serigala. Terkait dengan penafsiran ini Norse ulfhednar, yang dilambangkan lupine setara dari pengamuk, mengatakan untuk memakai kulit beruang dalam pertempuran.
Namun sumber lain berasal dari warg kata-serigala, di mana warg (atau yang lebih werg dan wero) adalah serumpun dengan Norse vargr, yang berarti "nakal", "pelanggar hukum," atau, secara halus, "serigala". [1] Sebuah Vargulf itu jenis serigala yang disembelih banyak anggota kawanan atau kawanan tetapi hanya makan sedikit dari membunuh. Ini adalah masalah serius bagi penggembala, yang entah bagaimana menghancurkan serigala ganas sebelum menghancurkan seluruh kawanan domba atau kawanan. Istilah warg digunakan di Old Inggris untuk jenis serigala.  Mungkin terkait adalah fakta bahwa, dalam masyarakat Norwegia, penjahat (yang bisa dibunuh tanpa akibat-akibat hukum dan dilarang untuk menerima bantuan) itu biasanya disebut vargr, atau "serigala."


Kepercayaan rakyat

Deskripsi dan atribut umum

Werewolves itu berkata kepada beruang fisik ciri kirim-kisah dalam cerita rakyat Eropa. Ini termasuk pertemuan kedua alis di pangkal hidung, kuku melengkung, rendah telinga dan menetapkan langkah berayun. Salah satu metode untuk mengidentifikasi sebuah werewolf dalam bentuk manusia adalah untuk memotong daging tertuduh, di bawah kepura-puraan bahwa bulu akan terlihat dalam luka. Takhayul Rusia kenang seorang werewolf dapat diakui dengan bulu-bulu di bawah lidah. Kemunculan manusia serigala dalam bentuk hewan bervariasi dari satu kebudayaan ke kebudayaan, meskipun mereka adalah paling sering digambarkan sebagai tidak bisa dibedakan dari serigala biasa kecuali kenyataan bahwa mereka tidak memiliki ekor (sebuah ciri ciri penyihir pikiran dalam bentuk hewan), dan bahwa mereka mempertahankan mata manusia dan suara.  Setelah kembali ke bentuk manusia, manusia serigala biasanya didokumentasikan sebagai menjadi lemah, lemah dan nyeri saraf mengalami depresi. Banyak manusia serigala sejarah ditulis untuk menderita parah dan manik depresi melankoli, karena getir menyadari kejahatan mereka. Satu dicerca sifat universal pada abad pertengahan Eropa adalah kebiasaan manusia serigala melahap mayat-mayat dikuburkan baru-baru ini, sebuah ciri yang didokumentasikan secara luas, terutama dalam Annales Medico-psychologiques dalam abad ke-19.  Fennoscandian manusia serigala biasanya perempuan-perempuan tua yang memiliki berlapis racun cakar dan memiliki kemampuan untuk melumpuhkan ternak dan anak-anak dengan tatapan mereka.  Serbia s vulkodlak secara tradisional memiliki kebiasaan berkumpul setiap tahun di bulan-bulan musim dingin, di mana mereka akan menanggalkan kulit serigala mereka dan menggantungkan pohon.  Mereka kemudian akan mendapatkan memegang kulit lain s vulkodlak dan membakarnya, melepaskan dari siapa vulkodlak kulit berasal dari kutukan. Para Je-rouges Haiti biasanya berusaha untuk mengelabui ibu ke anak-anak mereka memberikan diri secara sukarela dengan membangunkan mereka di malam dan meminta izin untuk mengambil anak mereka, di mana ibu mungkin juga bingung menjawab ya atau tidak. 

  Menjadi werewolf

  Berbagai metode untuk menjadi werewolf telah dilaporkan, salah satu yang paling sederhana penghapusan pakaian dan mengenakan ikat pinggang yang terbuat dari kulit serigala, mungkin sebagai pengganti asumsi seluruh kulit binatang (yang juga sering digambarkan).  Dalam kasus lain, tubuh adalah ajaib digosok dengan salep.  Untuk minum air hujan keluar dari jejak hewan tersebut atau untuk minum dari sungai terpesona tertentu juga dianggap cara efektif untuk mencapai metamorfosis. [8] The 16 abad ke penulis Swedia Magnus Olaus berkata bahwa Livonia manusia serigala yang diprakarsai oleh mengeringkan secangkir bir khusus disiapkan dan mengulangi formula satu set. Ralston in his Songs of the Russian People gives the form of incantation still familiar in Russia. Ralston dalam Lagu Rakyat Rusia memberikan bentuk mantra masih akrab dalam Rusia.
Di Italia, Perancis dan Jerman, itu mengatakan bahwa seorang laki-laki bisa berubah menjadi manusia serigala jika ia, pada suatu hari Rabu atau Jumat, tidur di luar di malam musim panas dengan bulan purnama bersinar langsung di wajahnya.
Dalam kasus lain, transformasi itu seharusnya dilakukan oleh setan kesetiaan yang paling menyebalkan berakhir, sering kali demi sating mengidam daging manusia. "Para manusia serigala", 1628,
merupakan ahli-ahli sihir certayne, yang memiliki tubuh mereka dengan annoynted salep yang mereka buat oleh naluri setan, dan meletakkan pada certayne inchaunted sabuk, tidak hanya kepada pandangan orang lain tampaknya seperti serigala, tetapi pemikiran mereka sendiri sudah baik bentuk dan sifat serigala, selama mereka memakai kata korset.  Dan mereka membuang diri mereka sebagai sangat serigala, di mengkhawatirkan dan membunuh, dan sebagian besar dari makhluk manusiawi.
Fenomena tolakan, kekuatan metamorfosis hewan, atau mengirim sebuah akrab, nyata atau rohani, sebagai utusan, dan kekuatan supernormal yang diberikan oleh asosiasi dengan begitu akrab, juga dihubungkan dengan penyihir, laki-laki dan perempuan, semua di seluruh dunia, dan penyihir takhayul adalah sejajar, jika tidak identik dengan, lycanthropic kepercayaan, kadang-kadang bersifat spontan karena hampir lycanthropy satu-satunya ciri pembeda.Di arah lain fenomena tolakan dinyatakan mewujud dalam kaitannya dengan semak-jiwa dari Afrika Barat dan nagual tentang Amerika Tengah, tetapi meskipun tidak ada garis demarkasi yang dapat diambil pada alasan logis, yang diasumsikan kekuatan penyihir dan asosiasi intim semak-nagual jiwa atau dengan manusia tidak disebut lycanthropy.  Namun demikian itu akan baik untuk menyentuh pada kedua keyakinan di sini.
  Kutukan lycanthropy juga dianggap oleh beberapa sarjana sebagai hukuman ilahi. Werewolf literatur menunjukkan banyak contoh dari Tuhan atau orang kudus diduga mengutuki orang-orang yang dipanggil dengan werewolfism murka mereka. Mereka yang dikucilkan oleh Gereja Katolik Roma juga mengatakan untuk menjadi manusia serigala. 
Kekuatan mengubah orang lain menjadi binatang buas ini disebabkan tidak hanya untuk ahli-ahli sihir ganas, tetapi orang-orang kudus Kristen juga. Omnes Angeli, boni et Mali, mantan virtute naturali habent potestatem transmutandi corpora nostra ( "Semua malaikat-malaikat, baik dan buruk memiliki kekuatan transmutating tubuh kita ") adalah diktum dari St Thomas Aquinas Patrick itu dikatakan telah mengubah Welsh raja Vereticus menjadi serigala; Natalis seharusnya mengutuk Irlandia yang mulia keluarga yang anggotanya masing-masing ditakdirkan untuk menjadi seorang serigala selama tujuh tahun.  Dalam cerita-cerita lain agen ilahi bahkan lebih langsung, sedangkan di Rusia, lagi-lagi, laki-laki diduga menjadi manusia serigala ketika menimbulkan murka Iblis.
Sebuah pengecualian khusus untuk asosiasi Lycanthropy dan Iblis, berasal dari langka dan kurang dikenal tentang 80 tahun bernama Thiess. Pada tahun 1692, di Jurgenburg, Livonia, Thiess bersaksi di bawah sumpah bahwa ia dan lainnya adalah manusia serigala Hounds. Dia mengklaim mereka adalah pejuang yang turun ke dalam neraka untuk berperang dengan para penyihir dan setan. Upaya mereka memastikan bahwa Iblis dan antek-anteknya tidak membawa keluar dari biji-bijian dari tanaman gagal lokal ke neraka. Thiess itu teguh dalam pernyataannya, mengklaim bahwa manusia serigala di Jerman dan Rusia juga melakukan pertempuran dengan setan's minions dalam versi mereka sendiri neraka, dan bersikeras bahwa ketika manusia serigala meninggal, jiwa mereka disambut ke surga sebagai imbalan atas pelayanan mereka. Thiess was ultimately sentenced to ten lashes for Idolatry and superstitious belief . Thiess akhirnya dihukum sepuluh cambukan untuk keberhalaan dan kepercayaan takhayul.
  Perbedaan sering dibuat antara sukarela dan spontan manusia serigala.  Mantan umumnya dianggap telah membuat perjanjian, biasanya dengan Iblis, dan berubah menjadi manusia serigala pada malam hari untuk memanjakan diri dalam perbuatan jahat. Involuntary werewolves, on the other hand, are werewolves by an accident of birth or health. Tak sadar manusia serigala, di sisi lain, adalah manusia serigala oleh kecelakaan lahir atau kesehatan. Dalam beberapa budaya, individu yang lahir saat bulan baru atau menderita epilepsi dianggap mungkin menjadi manusia serigala.
Menjadi seorang werewolf hanya dengan digigit oleh manusia serigala yang lain sebagai bentuk penularan umum modern fiksi horor, tapi transmisi semacam ini jarang dalam legenda, tidak seperti dalam kasus vampir.  Bahkan jika denotasi dari lycanthropy adalah terbatas pada serigala-metamorfosis kehidupan manusia, kepercayaan digolongkan bersama di bawah kepala ini adalah jauh dari seragam, dan istilah ini agak capriciously diterapkan.  Transformasi dapat sementara atau permanen, yang itu-binatang mungkin menjadi manusia itu sendiri bermetamorfosis; mungkin menjadi dua kegiatan yang meninggalkan manusia sejati kepada semua penampilan tidak berubah; mungkin menjadi jiwa, yang pergi keluar mencari orang yang dapat ditelannya, meninggalkan nya badan dalam keadaan trans atau mungkin tidak lebih dari utusan manusia, hewan sungguhan atau roh akrab, yang erat dengan pemiliknya adalah ditunjukkan oleh fakta bahwa setiap cedera untuk diyakini, oleh fenomena yang dikenal sebagai tolakan, menyebabkan cedera yang sesuai untuk manusia.


 
 
Read More

Welcome to my little world

Diberdayakan oleh Blogger.

Temukan Aku di...

Followers

© Bienvenue, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena