Welcome to my little world

Jumat, 25 Maret 2022

Bagaimana Jika Aku Gagal Lagi?

 Yogyakarta, 25 Maret 2022

Aku sudah tidak punya lagi sisa kata-kata bijak untuk diriku sendiri saat pertanyaan itu terlintas di benakku, hari ini. Bagaimana jika aku harus melalui perasaan seperti ini untuk kedua kalinya dan untuk hal yang sama? Apa hatiku bisa bertahan dengan gempuran perasaan menyedihkan itu lagi? Seperti keledai dungu yag jatuh pada lubang yang sama dua kali.

Sungguh, perlu waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan luka-luka atas kegagalanku sebelumnya, perlu masa-masa yang cukup berat tentang penyangkalan-penyangkalan diri agar aku bisa meneria sebuah kegagalan, dan aku tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya. Tentu saja, semua orang tidak ingin mengalami hal menyakitkan untuk kedua kalinya.

Tapi... bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi?

Apa yang harus aku lakukan?

Aku sudah memiliki jawabannya, tapi aku tidak bisa menyatakannya sekarang, terlalu abu-abu dan aku tidak ingin menjadi manusia munafik dan sok seperti para motivator. Okay aku akui memang rada sentimen dengan profesi motivator tapi kadang kala aku juga melakukan pekerjaan itu pada beberapa orang di dekatku dan hal itu membuat diriku sendiri muak karena tidak ada satu pun kata-kata yag aku ucapkan mampu membuat temanku BERUBAH. Rasanya sia-sia berbicara di kuping lebar mereka dari pagi hingga subuh lagi jika tidak ada satu pun dari kata-kata itu yang mampu membuat mereka 'BEKERJA UNTUK MERUBAH DIRI SENDIRI'.

Jadi, aku ingatkan padamu ya, kalau kebetulan sedang membaca tulisanku ini. Tidak akan ada satu pun motivator di dunia ii yang bisa mengubah dirimu selain dirimu sendiri. Mereka ーpara motivator ituー memotivasi orang-orang untuk mengisi perut mereka; mereka dibayar untuk berbicara. Sementara kata-kata yang mereka ucapkan tidak bisa membuat dirimu kenyang selain kamu bekerja dan mencari uang lalu mengenyangkan perutmu sendiri.

Mengerti?

Jadi, sebelum aku kembali ke topik awal kita tentang kegagalan. Aku hanya ingin mengatakan padamu, berhentilah mengikuti seminar-seminar motivator karena hal ini tidak akan berguna sebelum kalian sendirilah yang sadar dengan kesalahan di hidup kalian.

Mau tau kenapa?

Itu karena sebagai manusia, masing-masing dari kita memiliki dua hal yang bernama EGO dan HARGA DIRI, kadang apa pun yang orang katakan tentang diri kita meskipun itu benar, ada sebagian dari diri kita yang menyangkalnya dengan memberi alasan, bahwa 'Aku sudah baik apa adanya, jadi BUKAN AKU yang harus berubah melainkan MEREKA yang harus bisa menerimaku apa adanya.' Sifat seperti ini alamiah, umumnya ada di dalam diri manusia, hanya saja, alasan itu pula yang kadang digunakan untuk menyangkal sifat-sikap jelek kita untuk menolak perubahan diri. Berjuta-juta kali pun para motivator, bahkan teman, sahabat, saudara, orang tua, keluarga besar, atau seluruh dunia mengatakan kalau kamu harus berubah tapi kamu masih memiliki alasan itu. HAHA, sampai mati kamu tidak akan berubah karena kamu masih memiliki ego dan harga diri yang tinggi untuk mengakui bahwa dirimu...

BELUM BAIK

Jadi, aku lebih menyerankan pada kalian semua ーketimbang mendengar motivator berkoar-koar sementara masih ada ego dan harga diri dalam diri kalianー berikanlah jiwa kalian makanan dengan menambahkan waktu tenang setiap harinya dalam doa. Bayangkan bahwa roh kalian keluar dari tubuh dan melihat diri kalian sekarang ini. Refleksikan kehidupan kalian itu atau kehidupan kalian sebelumnya, renungkanlah segalanya dan teruslah bertanya pada diri kalian.

Itu.....

HAHAHAHAHA.... LUAR BIASAA!!!!

*tebar konfeti* *tepuk tangan* *jingkrak-jingkrak*

Hahahaha... Astaga, sudah mirip motivator belum aku? Baiklah itu sedikit pendapatku tentang motivator. Yah, kalau mau diterima ya syukur kalau mau dicaci maki juga silahkan. Sebenarnya, cara masing-masing orang untuk merefleksikan diri dan berdamai dengan diri sendiri itu ada banyak, yang paling standar ya doa dan meditasi-meditasiーkedekatan diri kalian dengan Tuhan adalah satu-satunya cara untuk memahami kehendak Tuhan dalam hidup kalian dan seperti yang kita tau, Tuhan hanya sejauh doa dan kening.
 
Selain doa dan meditasi, aku pribadi melakukan refleksi diri dengan menulis. Seperti saat aku menulis catatan ini. AKu tidak pernah membuat kerangka tulisan atau menyiapkan kata-kata bijak atau apapun iitu saat aku sedang menulis konten "Catatan Hari Ini" ini. Semua yang aku tulis di dalam ini adalah perasaan jujur yang keluar spontan dari dalam diriku. Maka dari itu, kadang susunannya berantakan, seperti hal-nya tadi diawal aku sedang membahas kecemasanku lalu merembet tetang pendapatku pada sosok motivator dan aku sekarang sedang menulis paragaf ini yang masih saja tidak ada hubungannya dengan judul. Hehehe, semua mengalir begitu saja dan terus begitu hingga akhirnya sekarang....

Aku masih tidak tau bagaimana aku harus menjawab pertanyaan itu.

Bagaimana jika aku gagal lagi?

Aku sudah berdoa dan bermeditasi, lalu menulis catatan ini. Perasaanku jauh lebih tenang sekarang, sangat jauh lebih baik, tapi aku masih ragu dengan jawabanku. Ada beberapa pilihan jawaban yang sudah aku pikirkan, yaitu:
  1.  Menerima apa yang sudah ada dan mensyukuri hal itu tanpa harus mencoba lagi. Seseorang pernah berkata padaku: "Kesalahan yang terjadi berulang kali bukan lagi sebuah kesalahan melainkan pilihan". Jadi, dengan mensyukuri apa yang telah aku dapatkan dan bahagia dengan hal itu, maka hatiku akan terhibur dan semuanya akan menjadi baik-baik saja. Seperti sungai yang mengalir.
  2. Terus mencoba dan mengambil resiko menjadi keledai yang lebih dungu dari keledai yang jatuh di lubang yang sama dua kali. Ini pikiran gila saja si, tapi pikiran gila ini yang membuat Thomas Alfa Edison menjadi penemu listrik pertama di dunia dan penemu-penemu lainnya. Pepatah mengatakan 'belajar dari kesalah' tapi bagaimana jika kita tidak tau di mana kesalahan kita karena ego dan harga diri yang tinggi? Apa harus mencoba dengan luka-luka yang masih basah mampu membuat kita memenangkan pertarungan?
  3. Menyadari kalau seorang ksatria bijak tidak akan mengikuti pertarungan yang tidak mungkin ia menangkan. Aku menyadari sebenarnya ada perbedaan besar antara orang gagal dan orang kalah. Seperti yang pernah didengungkan oleh salah satu penulis, Paulo Coelho 'Orang kalah tidak pernah gagal' Kenapa? Karena orang gagal adalah mereka yang merasa diri gagal bahkan sebelum mencoba. Mereka yang gagal adalah orang-orang yang tidak pernah terjun ke medan perang dan merasakan luka-luka akibat pertempuran. Mereka yang gagal adalah mereka yang tinggal di zona nyaman dan menipu diri kalau mereka baik-baik saja. Mereka yang gagal adalah mereka yang tidak pernah merasakan manisnya sebuah kemenangan.
Jadi, aku ini siapa? Orang gagal atau orang kalah? Aku selalu mengatakan pada diriku kalau aku adalah orang yang kalah, bukan gagal. Aku merasakan luka-luka itu begitu menyakitkan dan membuatku menderita, tapi aku tidak pernah lari dari luka-luka itu, aku terus mencari bagaimana caranya agar luka-luka itu bisa disembuhkan. Bahkan hingga hancur hatiku dan leleh air mata ini tidak pernah kubiarkan diriku lari dari arena pertempuran yang telah aku masuki.

Yah, aku kalah, aku nyaris selalu kalah, hanya sedikit pertempuran yang aku menangkan dan luka-lukaku pun telah banyak bernanah. Mungkin aku terlalu mengambil resiko tanpa memikirkan logika, hingga akhirnya sekarang aku sadar...

Mungkin saja kekalahan-kekalahan yang berulang kali aku rasakan itu karena aku mengikuti pertempuran yang tidak mungkin aku menangkan. ZERO POSSIBILITY. Maka, dengan menyadari hal itu dengan bijak, sebagai ksatria aku akan mundur dari pertempuran yang tidak akan mungkin aku menangkan itu; lalu mengakui kekalahan dan kesalahanku; dan mencari pertempuran lain yang memiliki kemungkinan bagiku untuk menang. Hidup ini adalah kumpulan pertempuran berupa kesempatan-kesempatan dan resiko, bisa satu pertempuran tertutup untukku, maka aku akan mencari pertempuran lain, karena aku...

Tidak akan pernah berhenti bertempur.

Ya, tidak akan pernah berhenti karena hidup ni untuk menjadi pemenang, bukan menjadi orang gagal.

Well, itu dia tiga jawabankuatas pertanyaan di atas. Mungkin aku lebih memilih jawaban ketiga kali ya? Sosok ksatria kayaknya terdengar keren sekali. Hahaha, entahlah, aku juga tidak tau, tapi itu perasaan jujur. Dari pada memandang diri sebagai manusia yang menerima apa adanya atau manusia yang menyerang secara membabi-buta tanpa mengetahui kesakahan-kesalahan diri. Aku mungkin lebih memilih untuk menjadi bijak dan menyadari kalau pun aku kalah dalam satu pertempuran, masih akan ada pertempuran lain yang menanti untuk aku menangkan.

Tuhan selalu memberi kita kesempatan untuk memenangkan sesuatu di hidup kita. Selalu. SELALU. Entah kita yang memilih untuk terjun ke arena tempur atau hanya diam dan membiarkan pertempuran itu berlalu dari hadapan kita.

Jadi, apa yang kamu pilih untuk menghadapi 'kegagalan' (atau sebenarnya aku lebih senang menyebutnya kekalahan) untuk kesekian kalinya? Berdiam diri, merutuki nasib lalu menyalahkan Tuhan, dan menjadi orang yang benar-benar gagal atau terus terjun ke pertempuran-pertempuran lai sampai nanti kamu memenagnkan sesuatu?

Apapun jawabanmu, itu adalah pilihan hidupmu.

SUPER SEKALI. Hahahaha.

Okaaay, sudah panjang sekali catatanku kali ini. Maka, sekarang sebagai penutup, aku ingin menyampaikan kutipan dari Paulo Coelho yang merupakan kesimpulanku tentang orang gagal.
Orang gagal mungkin hidup tanpa merasakan sakitnya luka-luka akibat pertempuran, tapi orang gagal juga tidak pernah memenangkan apa pun dalam hidupnya.



PS:
Hewow, aku mungkin seperti telah menjawab pertanyaan di atas, tapi jawabanku selalu berubah dan kadang tidak konsisten. Hahaha, jadi jangan anggap terlalu serius tulisanku ini karena setidaknya, seperti yang aku katakan, aku akhirnya ounya tulisan untuk kubagi dengan kalian meskipun aku tidak pernah menjawab apapun.

0 komentar:

Welcome to my little world

Diberdayakan oleh Blogger.

Temukan Aku di...

Followers

© Bienvenue, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena