Yogyakarta, 29 Januari 2018
Halo Hujan yang akhir-akhir ini rajin menyapaku. Ada apa denganmu? Kenapa siklusmu sering sekali berubah akhir-akhir ini? Kenapa kamu sekarang sering datang pagi-pagi menyaingi kabut pagi? Kemudian sore harinya kamu datang lagi meleleh di jendela, menyusup lewat gorden coklat muda, dan merembes melalui dinding-dinding kamarku.
Jangan ngambek gitu kalau aku nulis ini. Tak ada yang salah dengan kehadiranmu itu kok. Aku selalu suka dengan kehadiranmu, entah itu di pagi hari atau sore hari. Lagipula kita sudah lama tidak berbagi cerita. Pasti banyak hal seru yang ingin kamu ceritakan juga kan?
Hujan, aku mau tanya dong. Apa yang akan kamu lakukan jika kamu merindukan seseorang? Padahal sudah jelas orang tersebut tidak bisa kamu temui lagi. Hanya saja kamu masih merasakan kesenangan yang sama saat kamu ingat dia. Hanya saja kamu masih merasakan bahagia yang sama saat namanya disebut.
Ketika menulis ini, tiba-tiba hujan datang berkunjung lagi. Aku menengok jam di layar hpku, waktu sudah menunjukkan bahwa ini sudah larut malam dan hujan datang lagi setelah tadi sore sudah berkunjung. Aku turun dari tempat tidurku untuk melihat rintikanmu di jendela kamar.
Lalu di sana aku melihat semacam tulisan di jendela kamarku. Huruf-huruf kecil dan tidak beraturan. Aku memicingkan mataku sedikit, lalu melihat semacam insial namamu di sana. Aku sedikit kaget. Aku mundur sedikit. Yap, betul. Hujan menuliskan inisial namamu, Mbak.
Hujan malam ini. Aroma tubuhmu. Biasanya kita tidur berdampingan lalu berpelukan ketika salah satu dari kita merasa dingin atau bermimpi yang tidak indah. Mbak, di surga malam-malam seperti ini, Mbak sedang apa?
Kemudian mataku basah. Bukan karena hujan. Sudahlah. biarkan saja mata dan pipiku basah.
Dari aku yang selalu merindukanmu, Mbak Sesa
Hari ke 16
0 komentar:
Posting Komentar