#30HariMenulisSuratCinta
Yogyakarta, 16 November 2016
Dewa Cinta
Karena hai sudah terlalu biasa, aku tidak akan mengucapkannya padamu, kali ini. Aku sudah terbiasa memandangimi dari kejauhan, mencoba untuk mengalahkan rasa takut dan tetap berdiri di balik kerumunan orang disekitarmu.
Aku tidak pandai menukis, juga bukan peramu kata romantis, sering kali berpikir logis bahwa kamu memang tak tersentuh. Kamu seperti sesuatu dibalik kaca etalase, terlihat menggiurkan, namun tidak bisa dijamah. Dan aku hanya mengamati dari kejauhan, menikmati keindahanmu.
Hei, taukah kamu bahwa aku memujamu? Menjadikanmu seperti matahari dan aku bumi yang hanya bisa berkeliling di sumbuku tanpa bisa mendekatimu. Kamu seperti pusat kehidupan dan semangatku. Mungkin kamu adalah Dewa Cinta untukku.
Aku tidak pernah berhenti memandngimu, walaupun kamu berada di sekitarku. Dan aku tidak pernah berhenti menutupinya dengan topeng-ku. Aku menjaga agar tidak ada yang melihatku begitu mengagumi mu. Dan parahnya, kamu tahu bahwa aku dan kamu sangat dekat jaraknya.
Di mata orang mungkin kita hanya berteman, bercanda, dan tertawa layaknya sahabat. Dan aku memang sengaja membuatnya tampak seperti itu.
Dewa Cinta taukah bahwa aku meyakini sesuatu antara kita? Aku yakin bahwa meskipun aku menutupinya darimu dan semua orang, juga bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Namun aku yakin bahwa kamu tau kenyataan tentang perasaanku ini padamu. Kamu tau tentang sesuatu yang lain di antara kita. Bisakah kita perjelas saja?
Sekian
Hari ke 7
0 komentar:
Posting Komentar