#30HariMenulisSuratCinta
Yogyakarta,
11 November 2016
Hai, apa kabar Kamu? Kukira sudah sekian lama kita tak
bertemu. Biar ku ingat-ingat, sudah beberapa tahun lamanya. Mungkin kini kamu
sudah menjadi sosok lain yang lebih dewasa dan mulai sibuk dengan pekerjaanmu. Bagaimana
kabar kampong halamanmu? Kini waktumu lebih banyak kau habiskan di sana, bukan?
Banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin kuutarakan padamu. Aku
dibuat terkejut dengan keputusanmu untuk melanjutkan pendidikanmu di kampong halamanmu.
Apa yang ada dipikiranmu saat itu? Beberapa temanmu mengatakan bahwa kamu
memang ingin menjauhiku? Sehingga kamu memilih untuk pergi? Apa iya? Aku senang
mengetahui bahwa masa depanmu sudah mulai terlihat cerah saat itu, namun dalam
salah satu sudut hatiku yang dalam, aku merasa kecewa.
Aku masih mengingatnya, kalimat yang kamu ucapkan saat kita
memutuskan untuk berhenti mencoba, kamu bilang kamu akan melepaskanku di hari
perpisahan kita, saat kita saling mengalungkan tanda kelulusan. Dan aku
menunggu saat itu, entah kenapa. Aku menunggu saat kamu benar-benar melepasku,
seperti seorang laki-laki yang merelakan perempuannya pergi demi keinginannya. Namun
sayang, saat itu tidak ada.
Hari itu, di hari kelulusan kita, aku menunggumu. Apa kamu
tau? Aku bersusah payah hadir di hari itu hanya untuk bertemu denganmu. Pandanganku
berkeliling mencoba menemukan sosokmu, namun hampa yang kudapat, kamu tidak
datang. Padahal hari itu adalah hari terakhir kita bertemu. Hari itu adalah
hari yang sudah aku nantikan, namun kamu seperti tidak peduli akan hal itu. Hari
itu aku kembali, tanpa ucapan pisah
darimu.
Mungkin kamu sudah lelah dengan sikapku selama ini yang
seperti mengabaikan dan memaksamu pergi dari kehidupanku. Mungkin kamu sudah
muak untuk berdiri dihadapanku yang bahkan tidak pernah melihatmu. Namun taukah
kamu bahwa aku menunggumu? Bahwa sebenarnya aku menyimpan namamu di salah satu
sudut dan relung terdalam hatiku? Bahwa aku menganggapmu salah satu laki-laki
yang telah menjagaku?
Dalam surat ini aku hanya ingin mengutarakan apa yang selama
ini kupendam dari siapapun tentangmu. Tentang sosokmu yang tersimpang rapat
dihatiku. Setiap kali aku memejamkan mata dan membayangkan malam, atau kapanpun
aku berdiri menatap bulan dan bintang, kamu selalu muncul dalam pikiranku. Sosokmu
yang pernah menggenggamku dan menjagaku seakan masih memegang erat bahuku
menahan agar aku tidak terjatuh dan pergi. Kamu memang seperti malam, menyimpan
sejuta rahasia, menyembunyikan keindahan dibalik gelap dan dinginmu. Dan aku,
diam-diam menyukai malam. Seperti aku diam-diam menyimpanmu rapat dalam bagian
lain diriku.
Note:
aku masih berharap kamu akan kembali meskipun hanya untuk mengucapkan kata
perpisahan itu.
Hari 2
0 komentar:
Posting Komentar