Yogyakarta, 21 Februari 2025
Ada satu hal yang harus kamu tau tentangku.
Aku
Suka
Makan
Makan bagiku tidak hanya kebutuhan primer namun juga tersier. Aku tidak perlu pakaian indah atau berlian berkarat-karat, just feed me and I will love you forever.
Maaf ya, tiba-tiba saja membuka surat dengan fakta konyol tentang diriku. Hanya saja, aku penasaran dengan reaksimu jika bertemu dengan perempuan yang suka makan. Apalagi karena hobi makan ini berat badanku juga tidak terkontrol. Agak bikin frustasi memang, tapi aku sedang berusaha untuk menahan hasrat wisata kulinerku dengan melakukannya beberapa kali sebulan saja. Bukan yang hampir setiap malam. Well, waktuku sangat banyak untuk menjelajahi kuliner di Kota Pelajar ini sih. Jadi, tidak usah terburu-buru, tapi.... ah, memang ya, Yogyakarta surga makanan enak dan murah (Setelah Solo dan Klaten, menurutku)
Terberkatilah orang yang menciptakan angkringan dan segala isinya, gerobaknya yang murah meriah itu. Namun, sayangnya aku jarang makan di angkringan.
Ah, bukan; bukan karena aku tidak mau atau risih. Aku jarang makan di angkringan karena aku tidak mempunyai teman yang bisa kuajak ke sana.
Kebanyakan temanku lebih senang makan di tempat-tempat yang lebih bersih atau restoran yang menyediakan makanan pokok yang berporsi besar, hingga angkringan adalah tempat terakhir yang mereka kunjungi. Makanya, kadang-kadang, kalau aku sedang ingin makanan dari angkringan, aku hanya membeli lalu makan di rumah. Ya, mau tidak mau ya gitu deh, karena bagiku sendiri angkringan memang bukan tempat untuk mengenyangkan perut melainkan tempat untuk mengobrol.
Dilihat dari lokasinya dan makanan yang disediakan di angkringan — nasi kucing serta beragam gorengan dan tahu atau tempe bacem. Barang tentu jika mencari kenyang, di sana bukanlah tempatnya. Aku senang melihat bagaimana orang berkumpul dan tawa mereka menggelegar sampai keluar tenda. Yang datang makan ke sana juga tidak hanya kuli bangunan yang bekerja dengan peluh keringat. Kadang pria berkemeja rapi pun kulihat duduk santai bersama yang lain; tua-muda berbaur menjadi satu. Hingga kelakar serta kata-kata yang tertukar di angkringan begitu beragam. Bisa tentang kehidupan, keluarga, pekerjaan, pemerintahan, bahkan tentang debat pemain sepak bola.
Aku kagum, kadang kebahagiaan kecil itu bisa datang dari tempat yang tidak kita duga.
Aku tau apa yang ada dalam pikiranmu sekarang. Kamu pasti bingung kenapa tiba-tiba aku menulis tentang angkringan? Tapi ada satu hal lagi yang aku ingin kamu tau. Selain makanan enak, aku juga suka mengobrol.
Mengobrol—apalagi mengobrol sambil makan adalah salah satu kegiatan yang istimewwa bagiku. Ketika aku berbicara denganmu dan melihat langsung ke dalam matamu, aku merasa bisa mempelajari seluruh hidupmu. Sama halnya ketika kamu yang melihatku begitu lekat ketika aku berbicara, meski kadang aku merasa risih, aku senang karena aku merasa hanya ada aku di duniamu saat itu.
Ah, that feeling... ketika seluruh dunia hanya milik kita berdua dan hanya suaramu yang menggema di telingaku. Aku menginginkannya. Sesering mungkin ketika kita bertemu nanti.
Aku ingin menjadi tempatmu bercerita tentang hari dan kekonyoloan hidupmu, mimpi masa depanmu, mungkin juga hal-hal yang memberatkanmu. Aku mungkin tidak bisa membantu menyelesaikan masalah-masalahmu, tapi setidaknya kamu tau, aku ada —di mana pun kamu menginginkan aku berada untukmu.
Meski begitu saja, aku tau hal itu dapat membuatmu merasa lebih baik karena mengetahui bahwa ada seseorang di muka bumi ini yang mau mendengarkan segala hal bodoh yang ada di kepalamu dan menjadi tempat pulang untuk beristirahat sejenak adalah perasaan yang luar biasa.
Begitu juga denganku. Aku memerlukan seseorang seperti itu —yang senang hati mendengarkan segala hal yang berloncatan di kepalaku. Seseorang yang tidak akan segan tertawa pada hal-hal aneh yang kutemui setiap harinya; seseorang yang akan mendengarkanku dengan seksama ketika aku menangis; seseorang yang tau bahwa aku tidak memerlukan kata-kata penghibur kopong melainkan telinga yang setia mendengar.
Dan aku ingin kamu orangnya.
Tidak perlu restoran mewah dan mahal, Tuan. Cukup angkringan di tepi jalan dan kamu ada di sana bersamaku —bertukar kisah tentang masa-masa ketika kita belum berjumpa— maka, semesta pun menjadi milik kita berdua.
Hehe.
Jadi, maukaha Tuan menjelajah angkringan di seluruh Jogja bersamaku?
Dari perempuan bawel-mu yang suka makan.
0 komentar:
Posting Komentar