Welcome to my little world

Kamis, 06 Maret 2025

Paralyzed

Mataku mengerjap dua kali, sulit dipercaya. Pipiku bertemu dengan kain tipis yang membalut tubuhnya. Kepalaku melekat di dadanya hingga leher, sedang puncak kepalaku menjadi tumpu untuk dagunya. Lengannya merengkuh tubuhku, pun dengan tanganku yang menyusur punggungnya. Aku menengadah, dia masih bercinta dengan mimpinya. Mungkin tentang masa depan bersamaku.
 
Bibirku menyungging senyum. Perlahan menciumi wangi tubuhnya. Nyaris lima tahun berselang, dan aroma menenangkannya tetap membuatku mencintainya.

"Hai," sapanya separuh berbisik.

Dia merangsek turun, sampai kepalanya sejajar denganku. Manik mata kami bertemu. Bibir penuhnya mengukir lengkungan hingga mata lebarnya menyipit. Pipi bulatnya menyisakan lesung di masing sisi. Dagunya membelah antik. Kata orang, jarang orang Asia yang memilikinya. Anak-anak rambut pendeknya berjatuhan hingga ke waja. Hidung mancungnya menyentuh hidungku, menghilangkan jarak.

"Hai," balasku "Kamu tidak akan meninggalkaku, kan?"

Dia tersenyum lagi. Telapak tangannya mengusap pipi, lembut seperti kulit bayi. Namun dia tidak mengungkapkan sepatah kata pun.

Lantas tubuhnya menjauh, kakinya menjejak tanah. Dia beranjak meninggalkan ranjang.

"Hon, kamu mau ke mana?" tanyaku khawatir.

Kepalanya berpaling dan mengerlingkan mata. "Mandi." Begitu jawabnya sebelum menghilang dari pandangan.

Sontak aku merutuk pada diriku sendiri, mengetuk ubun kepala pelan. Apa yang aku ragukan sebenarnya? Dia tidak akan pergikan?

Aku menantinya di pelipir ranjang, berpindah ke ujung dinding, memandang jendela. Berlari kecil sepanjang kamar, menghempaskan diri kembali ke ranjang. Empat puluh menit berlalu tanpa ada tanda darinya akan kembali mencumbuku.
 
Diantara bibirku yang mengatup, gigi bergemeletuk. Tangan mengepal, seiring dengan langkah yang menderap. Habis kesabaranku. Dia pasti sudah pergi. Dia pasti sedang merengkuhkan tangannya di leher pria lain. Dia psti sudah membiarkan leher dan dadanya dipenuhi ciuman. Dia meninggalkanku.
 
Iya kan?! Dia pasti sudah...
 
Pintu kamar mandi menjeblak kasar. Manik mataku berputar liar, menelisik setiap sudut. Kloset disamping pintu. Wastafel di sebrangnya. Bath up putih yang mengisi ujung ruangan, berlanjut balik shower berlapis kaca temara. Tidak ada tanda darinya. Kosong. Aku menatap hampa.
 
Hatiku remuk redam. Tubuhku runtuh, seakan tulang telah melumer di dalamnya. Dia benar-benar meninggalkanku.
 
Dia pasti sudah bercumbu dengan pria lain. Mungkin di taman, di kafe, atau di rumahnya. Pasti kakinya sudah melingkar di pinggang sang pria, tangannya merayapi rambut, bibir penuhnya merekah, lehernya memerah. Tidak usah dinyana tangan pria yang merayapi pinggangnya, melesap di antara kemejanya. Mereka bercumbu, di dinding, di sofa, di ruang tamu, di dapur, di tangga. Di ranjang. Tubuhnya tidak lagi terbalut, kain teronggok di tiap tempat yang mereka jajaki. Ruangan yang memanas, tidak ada sudut tanpa gairah.
 
"Mike?"
 
Aku tersentak. Jantungku menghentak. Kontan aku berbalik, menatap tubuh mungilnya dalam balutan handuk, menutup dada. Ujung rambutnya menggelincir tetesan air. Iris hazelnya memicing cemas.
 
Kelegaan melingkupi sekujurku. Aku hendak menenggelamkannya dalam dadaku, lantas terhenti. Apa yang kupandang kemudian adalah mimpi buruk.
 
Darah mengucur di pelipis dahinya, hidungnya, mulutnya. Menetes dari tiap jemarinya. Mencicik di sepanjang paha dan betisnya. Merah menyala yang sama bersemburat di handuk putihnya. Lebam di ujung mata, di sepanjang lengan, dan kaki. Ada mata air di pelupuknya, mengalir tanpa jeda.
 
"H-hon?" Aksara yang keluar terbata, bergetar.
 
Tubuhnya melemah, oleng. Menyebut namaku berulang kali.
 
Pandanganku menggelap. Kesadaranku melenyap.
 
"Viola!!!" seruku tiba-tiba. Mataku terbuka lebar, memandang langit-langit putih. Peluh memandikan tubuhku. Jantungku berdentum, tidak mampu menemukan rimenya. Aku tersengal untuk beberapa saat.
 
Viola
 
Dimana dia? Dimana? Aku ingin segera bertemu dengannya!
 
Bola mataku berputar. Aku sendiri di ruangan putih berukuran 4x4. Tidak ada sebarangpun di sini, kecuali ranjang busa tempatku terlelap. Tidak ada Viola.

"Viola?" panggilku ragu. "Viola? Honey? Violaaa? VIOLA!!! VIOLAAA!!!"
 
Aku beranjak dari kasur, kala kusadari tanganku terikat, melesap dalam kain putih yang membalut tubuhku.Tanganku tidak berdaya. Tapi jika hal itu akan menghalangiku mendapatkan Viola, itu artinya salah. Aku lebih kuat dari sekedar kain ini. Aku berlari mengelilingi ruangan. Mencarinya di kolong, dan nihil. Aku ingin keluar dari sini, mencari pasanganku. hanya jeruji yang ada di ujung kamar, mungkin itu pintu. Aku menabrakkan tubuhku berkali-kali. Semakin keras, begitu juga dengan teriakan mengharapnya.
 
Ada yang datang. Wanita berkemeja dengan rok selutut. Putih, sama dengan topi mungil di pucuk kepalanya. Viola.
 
Itu Viola. Viola-ku.
 
"Viola? Kamu datang?"
 
Dia hanya tersenyum tipis. "Iya, kamu duduk yang manis ya."
 
"Kamu jangan pergi lagi. Jangan tinggalkan aku."
 
Aku mengangguk senang. Viola ada di sampingku. Aku tidak ingin berpisah dengannya barang sedetik pun. Dia menggiringku ke ranjang, menyuruhku berbaring. Dia menggenggam tanganku meski terhalang kain. TIba-tiba ada yang menusuk lenganku.
 
"Itu apa?"
 
"Apanya?"
 
"Yang menusukku?"
 
"Tidak ada. Mungkin hanya nyamuk."
 
Perlahan kelopak mataku memberat. Aku tersenyum, ada Viola di sampingku. Menyanyi lirih sembar menyapu lenganku.
 
~
 
"Na, pasien itu tidur lagi?"
 
Viona mengangguk. "Iya. Aku heran. Apa aku semirip itu dengan kekasihnya? Mana namanya mirip pula."
 
Rekan sejawatnya mengedikkan bahu. "Memangnya kenapa dia bisa sampai di sini?"
 
"Paranoid Personality Disorder. Dia selalu mengurung kekasihnya di rumah, selalu berpikiran kekasihnya akan meninggalkannya jika dia tidak melihatnya. Yang aku tau, dia membunuh kekasihnya kala dia tidak menemukan kekasihnya di kamar mandi. Setelah itu, dia didiagnosis skizofrenia."
 
"He's paralyze. still stuck in that time when they called it love. Menyedihkan sekali."
 
Viona hanya terdiam, dalam hati mengiyakan...
 
 
~

0 komentar:

Welcome to my little world

Diberdayakan oleh Blogger.

Temukan Aku di...

Followers

© 2025 Bienvenue, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena