Yogyakarta, 27 Oktober 2021
Kepada perempuan yang sedang kupandang senyumnya di cermin. Bagaimana kabarmu hingga akhirnya sebuah senyum simpul ada di wajahmu yang sedikit kuyu? Beberapa hari ini sepertinya kau sedang disibukkan oleh banyak hal dan sedang mengobati luka hingga kau lupa mengecap sedikit bahagia yang Tuhan berikan di setiap hari yang kau lewati begitu saja.
Memang, sepertinya tempo hari aku bahkan tidak bisa melihat semangat terpancar di matamu, yang ada mendung yang sedang menggelayuti pelopak matamu dan mengundang hujan air mata deras mengalir melalui pipimu yang tidak kau poles make up tebal seperti biasanya. Saat itu aku hanya bisa memandang sedih dari balik cermin tanpa bisa memelukmu erat untuk menguatkan bahwa kamu bisa melalui petaka yang diciptakan semesta untuk menguji hatimu yang aku tau sekuat batu. Tapi bukankah sebuah batu tetap akan terkikis apabila selalu dijatuhi titik-titik air?
Perempuan yang sedang kupandang senyumnya di cermin.
Ah, kamu tau betapa senyummu itu meneduhkan di senyum itulah sebenarnya tersimpan luka yang beum sembuh benar, tapi dirobekkan kembali tanpa belas kasihan oleh orang yang mengatakan sayang kepadamu. Tunggu, bukankah seharusnya orang yang menyayangimu adalah orang yang menjaga senyum itu?
Sudahlah melupakan orang yang tidak penting adalah yang harus kau lakukan untuk menyembuhkan luka yang terlanjur parah yang jelas sekarang kamu telah kembali dan menjadi dirimu seperti biasa yang dipuja semesta kuat layaknya singa.
Lalu, tiba-tiba aku mendengar kamu mengatakan, "Kemarin aku kelabu, sekarang aku tersenyum."
Perempuan yang ada dalam cermin.
0 komentar:
Posting Komentar