Terimakasih, Kasih

 Yogyakarta, 12 Mei 2021

Kepada seseorang yang telah menjadi bayangan.

Malam ini bintangnya ramai. Lintasannya masih seperti yang dulu, ia membentuk namamu. Kasih, namamu sudah di langit dan aku tidak berhak lagi untuk merindu. Karena dari setiap detiknya hanya tentang usaha berdamai dengan keadaan. Keadaannya jahat, seseorang dipaksa melepaskan sesuatu yang tidak bisa dilupakan.

Kasih sekarang dimana? Tegur aku lagi tolong. Ini aku tidurnya terlalu larut. Makanku tidak teratur. Bahkan suka pulang tidak tau waktu. Tolong marahi aku lagi, Kasih. Aku rindu kalimat-kalimat itu keluar dari mulutmu. Larang aku dengan semua sikap dewasamu.

Setiap waktu memang ada kisahnya sendiri. Tapi kali ini aku selalu meminta agar waktunya berhenti di kamu. Di waktu itu, sebelum kamu menghilang. Sebelum aku terbiasa mengenangmu. Ada banyak sekali paragraf indah dari setiap kisah yang kita tulis berdua.

Dulu kita bernamakan Kasih. Karena kita adalah dua manusia yang saling memberi. Pada setiap paragraf cerita, kamu sempurna. Lantas bagaimana caraku membenci kalau tidak pernah ada salah? Bagaimana aku harus melupakan kalau kenangan tentangmu tidak pernah buruk?

Kasih perginya diambil waktu. Bahagianya diberi Sang Pencipta. Mungkin dia sudah sampai dan mungkin aku masih jalan di tempat.

Kasih terimakasih untuk pemikiran dewasanya. Setiap kita pasti punya masa dan fase. Masa kita sudah habis tentang bagian bersamanya, dan sekarang adalah fase merelakan.

Kasih, aku izin tidak pernah ikhlas tentang melepasmu, ya. Karena itu bohong. Tidak ada ikhlas yang sempurna perihal kehilangan.

Kasih, kisah denganmu itu mendewasakan bagiku. Terimakasih masanya.

Terimakasih, Kasih.