Yogyakarta, 31 Oktober 2018
Untuk,
Tuan Kelelawar
Halo.
Aku kesulitan menentukan kata sapaan untukmu. Padahal biasanya aku
hampir selalu berbicara denganmu. Bagaimana kabarmu? Kuharap kamu selalu
baik dan selalu memiliki hal baru untuk dinikmati.
Masih
ingat dengan Bapak Kelelawar yang selalu kusebut untuk memanggilmu?
Kalau kamu ingin tau, aku masih menyimpan foto mengerikanmu yang kamu
kirim tengah malam saat itu. Mungkin kamu masih bertanya-tanya mengapa
aku bersikeras memanggilmu Kelelawar? Bukan, bukan hanya karena kamu
tidur sangat larut. Bukan juga karena kamu suka sekali tidur disiang
hari, buktinya kamu juga jarang tidur siang. Tapi karena kamu itu lucu.
Sudah tau kalau mukamu imut masih saja suka berpose sok seram dan kau
kirimkan fotonya padaku, seperti anak kelelawar yang imut tapi mencoba
untuk terlihat seram.
Sudah
berapa lama kita tidak bertegur sapa? Ah, mari kita berhitung.
Sepertinya sudah hampir 1 tahun ya? Waktu yang lama bukan? Dulu, kita
hampir setiap hari bertegur sapa, menanyakan kabar, kegiatan, dan
sebagainya. Aku mulai lupa bagaimana caranya membuka ibrilan denganmu,
bagaimana rasanya begadang di temani olehmu. Aku mulai lupa bagaimana
bercana dan menghabiskan jam-jam kosong denganmu. Apa kamu masih ingat?
Aku merindukanmu, Bapak Kelelawar.
Santai
saja, aku tidak akan menanyakan apa kamu merindukanku atau tidak. Aku
sudah tau jawabannya. Hanya aku masih mengingatmu, hanya saja aku masih
sibuk menyebutkan namamu dalam setiap ceritaku. Sementara kamu?
Sepertinya kamu sudah melupakanku. Betulkan?
Jangan
khawatir, aku tidak akan marah karena itu. Aku tau bahwa kamu sudah
memilih untuk menjalin sesuatu yang serius dengan pilihanmu itu. Aku
mengerti bahwa pilihanmu saat ini adalah sosok yang selama ini kamu cari
dan saat ini kamu temukan. Terlepas dari itu bukankah kita hanya teman?
Jadi, bukan hal aneh jika kita saling melupakan?
Massalahnya,
aku memang pelupa tapi jika untuk melupakan sesuatu yang penting itu
hal yang tidak mudah (karena menurutku kamu penting untukku jadi tidak
mudah melupakanmu)
Mungkin selama ini kamu mengira aku salah mengartikan perhatian dan candaanmu padaku, nyatanya aku mengerti semuanya. Well, aku
tidak 'baper' seperti yang kamu mau. Aku tidak menginginkanmu
menjadikanku kekasihmu - seperti yang kamu pikirkan. Yang sebenarnya
terjadi adalah aku selalu nyaman berada di dekatmu, bercanda denganmu,
menanggapi ocehanmu yang hampir lebih banyak tidak masuk akal. Aku
selalu menikmati waktu yang kita habiskan bersama, melalui percakapan
konyol kita, melalui modus yang sering terjadi di antara kita. Semua
menyenangkan.
Aku
tetap menganggapnya lucu, bahkan ketika kamu melontarkan candaan yang
aku tidak mengerti. Aku tetap percaya pada padamu, bahkan ketika
berulang kali ucapanmu yang terlihat (seperti) serius kau ingkari. Aku
tetap memilih berada di sebelahmu, bahkan ketika kamu berceloteh absurd tentang hampir segala hal yang menarik perhatianmu.
Karena aku memilihmu sebagai salah satu orang yang kuharap bisa selalu ada di sampingku.
Aku
mempercayaimu untuk memegang rahasia yang bahkan enggan aku buka di
hadapan yang lain (mungkin kamu masih ingat saat tengah malam aku
menelponmu untuk bercerita). Aku membiarkanmu menyentuh pundakku dengan
bebas, sementara pada yang lain aku selalu menjaga jarak. Aku
membatalkan beberapa rencana dengan sahabat-sahabatku hanya untuk
bertemu denganmu.
Tapi
semua itu bukan karena aku mencintaimu, Tuan Kelelawar. Semua karena
aku nyaman denganmu, dan karena aku mulai terbiasa menyayangimu. Sekali
lagi. Sebagai teman dekat.
Dalam
tulisan ini aku mencoba menjelaskan kepadamu hal-hal yang tidak bisa
terucap oleh bibir ini tentang kita. Hal yang bahkan sulit untuk
dimengerti olehmu, olehku, tentang kita. Aku masih ingat ketika kamu
bertanya waktu itu, alasanku bersikap aneh dan sedikit jutek padamu.
Hei, itu hanya sekedar sikap. Terkaddang aku memang sering bersikap
seolah 'memaksa' seseorang untuk menjauh hanya untuk memastikan bahwa
orang itu akan tetap bertahan di sampingku apapun kondisinya.
Banyak
kata yang kuharap bisa meluncur dengan indah di hadapanmu Terlebih
bahkan aku tidak yakin apa yang ada di pikiranmu tentang aku.
Apa aku sepenting itu buatmu? Apa hanya kamu yang begitu penting bagiku?
Masih
banyak yang ingin kusampaikan padamu. Tentang kita yang belakangan ini
seperti kutub magnet yang sama. Masih banyak hal yang kuharap bisa
kuungkapkan padamu. Tentang rasa yang mungkin terlarang milikku.
Tapi
kurasa tulisan ini harus kusudahi dulu. Aku yakin kamu pasti telah
bosan membaca tulisan ini. Namun kamu perlu tau bahwa tulisan ini belum
mewakili keseluruhan labirin membingungkan antara kita.
Aku harap tulisan ini masih sudi untuk kamu baca. Aku sudah kehabisan cara bagaimana untuk menghubungimu.
Iya
benar. Aku masih belum bisa menentukan kalimat penutup untukmu. Aku
selalu ingin berbicara denganmu, meskipun kali ini hanya lewat tulisan.
Ku harap kamu baik-baik saja ya, Kelelawar-ku. Aku merindukanmu, sekali
lagi.
- Aku yang pasti kamu tau siapa.
0 komentar:
Posting Komentar