Yogyakarta, 2 Oktober 2018
Aku bisa saja tetap 'menggangumu dengan pesan-pesan "apa kabar?" atau "sibuk tidak?"-ku.
Aku bisa juga meneleponmu hanya untuk mendengar suaramu dan membuatmu terbiasa dengan perbincangan-perbincangan kita maupun keberadaanku. Apapun selama aku bisa sekadar menyiratkan, "Halo! Aku di sini. Aku ada. Lihatlah aku!"
Aku bisa saja tetap berharap kalau suatu saat kamu akan memberikan bunga, mengatakan kalau kamu menyadari perasaanku dan kamu merasakan yang sama. Harapan yang tidak juga hilang meski sudah berusaha berulang kali kulupakan.
Aku bisa terus menganggapmu yang terbaik untukku, tidak ada yang bisa menggantikan. Lalu mengabaikan semua orang di sekitarku. Mengabaikan kelebihan mereka karena aku hanya terfokus pada kelebihanmu. Kamu, kamu, dan terus kamu. Seperti ada banyak ikan di laut tapi hanya satu ikan kecil yang aku perhatikan.
Aku bisa saja terus memikirkan cara bagaimana untuk mendapatkan perhatianmu, bagaimana agar kamu tau di sini selalu ada aku, lalu terus berusaha sampai kamu bisa mengerti kalau aku tidak pernah beranjak pergi.
Aku bisa saja tetap di sini, menunggu.
Tapi, seberapa lama pun aku menunggu, hasilnya akan sama saja kalau bahkan kamu tidak pernah berpikir tentangku.
Sia-sia
0 komentar:
Posting Komentar