Yogyakarta, 13 November 2019
Lagi-lagi aku menulis di atas pesawat (19 Oktober 2019) demi menghilangkan rasa bosanku. Aku sangat rindu rumahku, rindu kucingku, rindu boneka-bonekaku, dan rindu kamu tentunya.
Ini malam hari. Rasanya jauh lebih menegangkan ya naik pesawat saat malam. Apalagi tadi sempat hujan. Aku takut bapak pilotnya ngantuk. Hehe, iya aku masih tetap separanoid itu kok. Suka berpikir yang tidak-tidak. Kamu tidak suka kan aku seperti itu?
Aku tidak sabar menunggu matahari terbit. Akan berada di mana ya aku saat matahari terbit tiba? Aku masih ingat bagaimana kamu sangat menyukai matahari terbit. Katamu, matahari terbit itu awal dari semua yang baru. Katamu, matahari terbit itu seperti sebuah harapan dan tidak seperti senja yang katamu penutup harapan.
Hei, aku pecinta senja. Aku suka senja. Senja yang disertai semburat warna jingga. Senja yang bisa kunikmati tanpa harus bersusah payah bangun pagi lalu kedinginan seperti saat akan menikmati matahari terbit. Kamu pasti akan mengejekku pemalas.
Pecinta senja dan Pecinta matahari terbit. Lucu ya, matahari seperti penyatu kita tapi dengan jarak. Kamu bingung? Iya, aku yang mengatakannya juga bingung. Pasti kamu akan memarahiku kalau sudah mulai melantur seperti itu. Maaf, memang imajinasiku kadang suka kemana-mana. Tapi aku suka kamu tetap mau mendengarkan.
Hai sunrise-phile. Terimakasih sudah selalu menerimaku dengan segala hal yang berkebalikan itu. Terimakasih sudah selalu sabar mengingatkanku untuk tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk. Terimakasih sudah mengenalkanku bahwa tidak semuanya berbeda pendapat itu menyebalkan. Terimakasih. Terimakasih
Sudah dulu aku mau mencoba terlelap meski pemandangan di luar jendela pesawat sangat menarik perhatianku. Nanti saat kita bertemu akan kuceritakan bagaimana rasanya melihat sunrise di pesawat. Akan ku pamerkan padamu semuanya. Kamu harus suka ya. Aku memaksamu!
♡
0 komentar:
Posting Komentar