Medina, 13 Oktober 2019
Hai Kamu. Hari ini aku naik pesawat untuk pertama kaliknya. Lagi-lagi aku tidak melakukan hal pertama bersamamh. Padahal selama ini apapun hal pertama banyak yang kulakukan bersamamu.
Kamu apa kabar? Bagaimana kabar keluargamu? Ah iya, bagaimana kabar adik kecil itu? Ah, sudah beberapa bulan ya aku tidak berkunjung dan bermain dengannya.
Kamu ingat tidak pertama kali aku hampir mati karena kamu terlalu gemas padaku kemudian kamu mencekikku hingga aku hampir kehabisan napas? Tenang aku tidak marah kok. Saat itu kita masih kecil jadi maklum kalau melakukan hal yang unik sepertu itu. Lagian kamu juga sudah kena marah semua orang kan?
Saat kamu mengajariku membonceng sepeda yang tidak ada boncengannya. Iya, itu pertama kali aku membonceng sepeda dengan cara berdiri. Dan itu pertama kali juga aku jatuh dari sepeda 5 kali lebih dengan jarak hanya rumahmu ke rumahku.
Aku bahagia sekali melakukan banyak hal pertama kali denganmi. Bahkan hal-hal yang mungkin bisa kamu bilanh menyedihkan. Saat pertama kita pisah sekolah. Saat pertama kita memiliki HP dan malah membuat kita jadi anak sombong di komplek. Saat pertama kali kamu menyatakan perasaanmu pada teman kita itu. Iya, itu juga pertama kali aku merasa sangat sedih dan merasa akan kehilangan waktu bersamamu. Apa mungkin itu pertama kalinya aku merasa patah hati?
Kamu tau? Saat kamu dan aku belajar di bimbel yang sama. Kemudian kamu bilang bahwa kamu menyukaiku. Itu adalahvpertama kalinya seorang laki-laki menyatakan perasaamnya padaku. Rasanya semua menjadi berbunga-bunga dan seperti jutaan kupu-kupu terbang di dalam perutku. Iya, aku sangat senang. Tapi betapa bodohnya aki saat itu. Bukannya menjawabmu, malah mengejekmu. Kalau boleh diputar waktunya ke saat itu, aku mau mengulangnya dan mrnjawab dengan jujur. Mungkin jika saat itu kujawab dengan jujur, bisa jadi aku yanh ada di sampingmu tahun lalu menyalami tamu-tamu undangan. Haha.
Saat tahun lalu itu, akupun tetap bahagia. Meski ada sedihnya sedikit. Tapi masa iya laki-laki terbaik dalam hidupku sedang merasakan hari bahagia lalu aku murung bersedih. Tidak mungkinlah. Aku bahagia kamu menganggapku penting dengan menyerahkan banyak tanggung jawab dari kelancaran hari bahagiamu itu kepadaku. Aku sangat terharu. Itu adalah kali pertama aku mengemban tanggung jawab sebesar itu. Katamu kamu percaya padaku lebih dari percaya ke orang lain. Kamu tau? Itu sangat-sangat membuatku bahagia, mendapat kepercayaan dari orang yang selama ini menguasai satu ruangan penuh di hatiku.
Hai Kamu. Sekarang sudah berbeda ceritanya. Sekarang sudah tidak ada lagi kalimat, "halah paling pergi sama dia lagi" dari orang orang terdekat kita. Sekarang kamu sudah memiliki partner yang akan terus menemanimu dan aku juga akan mencari partnerku sendiri "hal pertama" ku sendiri sebanyak mungkin. Agar aku bisa ceritakan ke anak cucuku kelak. Mungkin juga beberapa akan kuceritakan ke adik kecilmu itu.
Sudah dulu kutulis catatan kali ini. Lampu di pesawat sudah dimatikan dan samping-sampingku sudah mulai tertidur. Aku juga akan mencoba tertidur meski harus menahan rasa penasaranku melihat apa yang ada di bawah sana. Tenang kamu tidak usah khawatir. Akan kupamerkan semuanya saat aku pulang ke Indonesia dan bertemu denganmu.
Terimakasih sudah banyak mengajariku hal pertama. Baik itu hal buruk atau hal baik. Tanpamu aku tidak akan tau bagaimana cara kabur dari rumah tanpa lewat pintu. Tanpamu aku tidak akan tau bagaimana rasanya aman setiap mencoba hal baru. Terimakasih. Semoga bahagia harimu.
Dari aku yang masih mencari penggantimu
0 komentar:
Posting Komentar