Yogyakarta, 7 April 2019
Beberapa waktu yang lalu aku ditaya temanku "Kalau kamu punya kesempatan untuk bilang sesuatu pada dirimu sendiri saat di usia 17 tahun kamu mau bilang apa?" Spontan saja aku menjawab "Aku ingin mengucapkan terimakasih"
Tapi, rasanya kata terimakasih saja belum cukup meringkas apa saja yang ingin kuucapkan. Kalau aku bisa bertemu dengan diriku sendiri saat berusia 17 tahun. karena itu, aku mencoba menuliskan ini semua untuknya.
Halo Kamu, apa kabar?
Sedang lelah mencari cara bagaimana membagi waktu antara sekolah, bersosialisasi, dan bermimpi? Santai saja, sampai sekarang aku masih berkubang pada hal yang sama hanya bedanya sekolah diganti dengan kuliah. Ah iya ada lagi bedanya, aku telah banyak belajar darimu jadi anggap saja sekarang ini bebanku lebih ringan karena Kamu sudah membuatku lebih berpengalaman masalah bagi-bagi waktu ini.
Aku juga harus berterimakasih banyak padamu atas segala pemikiranmu tentang "ijazah saja tidak cukup." Yap, Kamu benar! Ijazah itu semacam sertifikat hitam di atas putih bahwa Kamu sudah selesai kewajiban 12 tahun wajib belajar, tapi buat orang yang mau memberi kerja, kemampuan dan segala baris yang ada di CV lebih penting. Terimakasih telah mengusahakan keduanya untukku saat ini.
Selain puluhan, ah tidak, mungkin ratusan ribu ucapan terimakasih, aku juga ingin menyampaikan beberapa saran untukmu. Aku ada beberapa saran yang mungkin bisa untuk Kamu pertimbangkan. Memang sarannya tidak sebagus yang Kamu kira. Jangan kaget ya. Jadi gini:
1. Tenang, patah hati itu enggak bikin mati, kok!
Iya, aku paham sebagai dedek unyu 17 tahun aku paham kok rasanya patah hati. Rasanya seperti hidup aja males, tapi kok mati muda juga takut. Tapi Kamu harus percaya padaku, patah hati itu semacam Kamu jatuh dari motor. Kamu sudah mengalamnya berkali-kali juga kan? Iya, rasanya sakit, perih, dan sama sekali bikin badmood seharian. kemudian hari berikutnya Kamu akan tersenyum dan membuat candaan tentang "Alu sangat cinta tanah air. Makanya aku ingin memeluknya. Jadinya malah gini." Ya, patah hati itu seperti itu kira-kira.
2. Ayolah, jangan terus menyalahkan diri sendiri
Ada beberapa kesalahan bodoh dan mungkin lumayan fatal yang Kamu lakukan, yang efeknya bisa semacam akhir dunia untuk kita. Tapi tenang saja. Selama dunia ini belum berakhir masih ada waktu untuk membenahinya. Ayolah maafkan dirimu sendiri. Coba hadapkan mukamu ke depan. Kemudian perbaiki perlahan. Let bygones be bygones, tapi jangan dengan baygon ya!
3. Coba sekali-kali ambil resiko!
Saat Kamu diusiaku nanti, akan ada beberapa hal yang Kamu sesali. Sebagian besar bukan hal yang pernah Kamu lakukan, tapi hal yang kamu tidak lakukan. Kamu akan bilang "Ah coba saja waktu itu aku ikut ujian susulan saja dan tetap ikut audisi pencarian bakat itu. Mungkin sekarang tidak akan seperti ini dan aku bisa fokus pada 1 hobiku." atau "Ah, andai saja saat ditawari untuk tinggal di luar kota itu, mungkin akan banyak perubahan."
Kebanyakan si karena Kamu terlalu cari aman dan tidak berani mengambil resiko. Ingatlah, selama resiko itu tidak melanggar hukum, tidak merugikan oranglain, tidak membuat nyawamu melayang, dan tidak berdosa, lakukan saja. Orang-orang sekitarmu, pasti juga akan mengerti dengan keputusan yang Kamu ambil itu.
4. Teman dan yang bisa disebut 'teman'
Kamu pasti sudah tau kalau Kamu pernah bertemu dengan yang mengaku teman, tapi dia membicarakan keburukanmu di belakangmu, dan berkata buruk tentangmu. Di masa mendatang, Kamu akan menemukan manusia macam itu lagi di lingkungan-lingkungan barumu. Tenang saja yang seperti itu tidak usah dipikirkan. Biarkan saja nanti mereka pasti lelah sendiri. Mereka mungkin kurang bahasan untuk ngobrol dan kebetulan Kamu terlalu "fabulous" jadilah Kamu sebagai bahasannya. 💜
Ada juga teman yang akan tetap menjadi teman. Bukan karena mereka meneriamu apa adanya, hmm jangan harap seperti itu, tapi karena mereka paham apa itu arti teman. Mereka akan lebih suka mengejekmu dan kemudian memberi nasehat di depanmu. Ya kadang kata-katanya memang menyebalkan. Tapi, itu lebih baik.
5. Jangan takut mimpi ketinggian
Kamu pasti kenal istilah "Mimpi itu setinggi langit-langit rumah saja. Biar masih keliatan." Ah jelas Kamu kenal. Itu istilah yang Kamu buat sendiri saat Kamu merasa banyak sekali impian yang mungkin terdengar tidak nyata.
Sebenarnya tidak apa-apa bermimpi lebih tinggi dari langit-langit rumah. Setidaknya itu membuatmu lebih bersemangat lagi dalam mengejarnya. Jangan takut diejek "awas kesampluk pesawat" karena yakinlah bahwa pilot juga malas "menyampluk" impian orang.
6. Mimpimu akan tercapai perlahan. JIKA kamu percaya dan buat rencana
KABAR BAIK! Mimpi-mimpimu sudah banyak yang tercapai saat ini. Tapi maaf, impian masa kecilmu untuk bisa makan siomay tiap hari itu harus tertunda dulu. Karena ternyata susah juga membuat kedai jualan siomay yang bisa meng'gratis'i diri sendiri setiap hari.
Tenang saja Kamu tidak akan kehabisan mimpi. Karena semakin menjadi aku, Kamu pun semakin berani bermimpi. Karena lama-lama kamu merasa bosan kalau hidup, tapi tidak ada yang diperjuangkan.
Tapi untuk mewujudkannya, kamu tidak cukup jika hanya percaya. kamu butuh rencana juga. Mari kita buat rencana dan berjuang sesuai rencana itu.
7. Selalu percaya pada Kuasa Tuhan
Kuberi bocoran sedikit. Nanti akan ada masa dimana kamu benar-benar merasa sendiri dan tidak ada satu orang pun yang paham dengan apapun yang terjadi adamu. Kemudian akan ada masalah besar yang mungkin masalah terbesar di sepanjang hidupmu selama itu. Tapi tenang, ada Tuhan yang selalau baik hati membantumu. Jika Tuhan memang berkehendak untuk menolongmu. Manusia bisa apa? Jadi tolong jangan tinggalkan Tuhan lagi.
8. Perempuan tidak harus perempuan-ish
Terimakasih karena Kamu hobi memasak dan mencoba-coba resep baru.
Terimakasih sudah selalu menyukai warna hitam dan abu-abu tua.
Terimakasih sudah tidak mengenal make-up di usia yang Kamu anggap masih boleh bermain hujan-hujanan di halaman belakang.
Meskipun aku tau banyak masakan yang kamu buat diusiamu rasanya sampai bisa membuat seorang Bapak lebih memilih makan di angkringan depan gang, tapi Kamu tidak pernah menyerah, dan aku dapat untungnya sekarang.
Meskipun pada akhirnya barang-barang yang Kamu dapat atau Kamu beli banyak yang berwarna ungu atau putih. Tapi Kamu masih selalu berusaha membujuk Ibu agar dinding kamar diberi cat berwarna hitam atau abu-abu tua agar bisa dicoret-coret dengan kapur lalu bisa dihapus lagi. Yah, memang sampai sekarang masih belum berhasil tapi Kamu tenang saja. Aku akan meneruskan usahamu untuk membujuk Ibu. Kuharap besok ada saatnya bujukan kita berhasil.
Meskipun sampai sekarang aku masih sering bermain hujan di halaman belakang. Lebih tepatnya berdiam diri saat hujan di halaman belakang. Tapi aku sekarang sudah mengerti bagaimana caranya menggunakan bedak agar tidak seperti tembok berjalan. Kamu tidak usah khawatir. Aku akan terus perjuangkan agar kita tidak jauh tertinggal dari teman-teman.
Tidak perempuan-ish juga tidak apa-apa kok Bapak sama Ibu masih sangat sayang padamu. Yang paling penting tetaplah bahagia dan jadi diri sendiri. teruslah berjuang untuk apapun yang Kamu pikir baik untukmu dan aku pasti, karena apapun yang Kamu perjuangkan itu pasti berdampak padaku juga. Terimakasih untuk semua hal, semua keputusan yang sudah Kamu buat. Terimakasih!
(Ima, dua puluh sekian tahun)
Ah iya, lupa 1 hal
TOLONG KURANGIN MALAS MENGUNYAHMU ITU. KARENA SAMPAI SEKARANG IBU SELALU MENGELUHKAN TENTANG HAL ITU. KARENA SEJAK USIAMU ITU SAMPAI SEKARANG AKU LEBIH SUKA MINUM SUSU DARIPADA MAKAN APAPUN. kecuali siomay dan pempek tentu
0 komentar:
Posting Komentar