#30HariMenulisSuratCinta
Yogyakarta, 9 Januari 2017
The first letter of alphabet. Bolehkan aku menyebutmu itu? Aku terlalu enggan menyebut nama aslimu, rasanya asing. Ya, aku merasa asing menyebut namamu meskipun aku tak pernah berhenti menyebutmu dalam setiap ceritaku.
Aneh mungkin, ketika disaat yang bersamaan aku merasa sakit dab bahagia. Karena satu orang yang sama. Mungkin kamu tau, mengenai aku yang memujamu setengah mati, dan aku yang kesakitan olehmu. Namun kini, seperti ada rasa lain yang berbeda saat kita dipertemukan lagi. Sebentar, jangan tertawa dan merasa puas dulu. Siapa bilang aku menyukaimu? Tidak. Aku hanya merasa nyaman berada didekatmu, dengan segala perhatianmu, dan dengan semua tingkahmu.
Aku ini bukn perempuan yang terbiasa dengan kata lembut dan senyum yang mengukir di bibir. Aku lebih banyak diam, tertawa hana pada yang ku kenal dekat, serta bertingkah seenaknya tanpa memikirkan orang lain. Aku melakukan semuanya padamu, kan? Tanpa wajah bersahabat saar kamu mengajakku bicara, sering sekali.
Aku banyak mendengar cerita tentangmu. Tentang sikapmu yang dewasa, bertanggung jawab, baik, dan segudang pujian lainnya. Di hadapan mereka, aku berusaha menyangkal itu semua. Namun kini harus kukatakan bahwa aku menyetujui ucapan mereka. Kamu memang bertanggung jawab dan pribadi yang baik, serta dewasa. Kamu memang supel dan tanpa mengenal lelah. Kamu tahan banting meski aku sering bertingkah seenaknya.
Sebentar, mungkin ada satu hal yang tidak aku setujui dari ucapan orang tentangmu. Wajahmu tidak ganteng. Hei. Mereka salah bicara. Tapi harus kuakui bahwa wajahmu itu lucu. Aku menyukainya, wajah yang selalu terlihat mengantuk dan mata yang sipit hampir tidak terlihat, serta pipi yang nyaris gembil. Aduh, aku bahkan tertawa membayangkan wajahmu sambil menulis ini.
Mungkin surat ini datang terllu cepat untukmu. Secepat hubungan yang aneh dan menggelikan jika dipikir. Namun kamu memang membuatku nyaris lupa dengan kesakitan dan kekecewaanku karenanya. Dan harus lagi terua kuakui bahwa aku memang menyukaimu. Dengan segala kelucuanmu dan segala pujian tentangmu.
Terimakasih, ya. Untuk soaokmu yang hadir tiba-tiba dengan segudang ketiba-tibaan lain. Aku punya satu permintaan khusus untukmu. Jangan ubah cara berpikirmu yang lucu itu. Aku menyukainya. Sungguh
~
Hari 12
0 komentar:
Posting Komentar