Yogyakarta, 14 Juli 2021
"Doain aku ya Un. Biar bisa beli semua ini pake uang aku sendiri kalau aku udah kerja."
"Iya. Una doain kamu bisa mendapatkan apa yang gabisa Una kasih ke kamu sekarang."
Apa Una ingat percakapan ini?Saat itu aku ingin sekali menggenggam tangan Una, tapi jariku nyatanya hanya saling meremas. Aku ingin menyangkal bahwa apa yang Una berikan padaku sampai detik ini, sudah melampaui dari cukup. Sudah jauh dari apa yang aku harapkan. Sudah lebih dari apa yang dimiliki anak-anak lain. Tapi lidahku sepertinya melarikan diri. hingga aku hanya bisa diam di samping Una.
Una tentu tau hal yang menjadi motivasiku belajar keras sampai sekarang. Untuk bekal mencari uang. Untuk membeli apa yang bisa dibeli dengan uang. Untuk memenuhi kebutuhanku dan keinginanku dengan hasil keringatku sendiri.
Iya, Un. Mungkin ini terdengar materialistik. Tapi aku hanya wanita yang realistik. Aku bukan wanita yang mengharapkan pria menafkahi. Sebaliknya, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa hidup tanpa perlu berpangku tangan pada gaji lelaki.
Jika saat itu tiba, aku ingin mencari uang untuk membahagiakan Una seperti Una membahagiakan aku. Untuk membeli barang yang Una butuhkan, tapi Una urungkan karena biaya sekolahku. Untuk memenuhi keinginan-keinginan Una yang Una pendam karena uang sakuku.
Doakan ya Un.
Dari anak perempuanmu yang (katamu) berkepribadian lelaki.
0 komentar:
Posting Komentar