Yogyakarta, 20 September 2018
Yang
selalu geleng-geleng dan mengingatkanku untuk mengerjakan Tugas Akhir
ku setap aku membeli buku atau sedang mengetik fiksi untuk blogku.
Yang selalu tertawa setiap melihatku menghirup aroma tehku sebelum meminumnya.
Yang
selalu bilang, "Aku masih lapar. Ayo cari makan lagi." setiap selesai
makan. Membuatku selalu tertawa. Memamng sih setiap mengambil makan atau
memesan menu selalu porsi yang kecil agar bisa merasakan yang lain
katamu. Ada ada saja.
Aku
suka ketika kamu bernyanyi. Bersenandung menyesuaikan melodi. Diam-diam
aku sering merekamnya ketika kita karaoke berdua. Kadang juga aku
sengaja memintamu untuk mengirimku voice note sedang bernyanyi.
Itu semua hanya untuk aku dengarkan lagi nanti malam sambil memejamkan
mata mengantarku tidur. Sambil membayangkan kamu tertawa, atau kamu
sedang tertidur di depanku dengan muka yang damai (seperti bukan orang
yang sangat jahil)
Kamu
selalu memiliku selera lagu yang membuarku harus mencari dan bertanya
"emang ini lagu siapa?" Baiklah aku akui aku kurang dalam mengenal
lagu-lagu bagus. Sampai kamu menyanyikan lagu Brian McKnight, Natasha
Beddingfield, Michael Schulte, dan nama-nama yang susah aku ingat
lainnya. Aku tidak banyak mendengarkan radio, apalahi menonton tv. Jadi
tidak tau lagu apa saja yang bagus. Tapi kamu dengan senang hati akan
menyetel lagu-lagu The Beatles dan aku akan mendengarkanmu bersenandung.
Kalau John Lennon sudah menyany lagu "Yesterday" kita akan galau berdua. Dan kalau lagunya selesai, kita akan tertawa terbahak-bahak Itu seperti otomatis
Kita sering melakukannya. Tidak ada kata bosan. John Lennon why do you have to die so soon? Itu yang selalu kita katakan setiap mendengar lagu itu.
Kapanpun
kamu mengajak menonton fil, aku akan mengatakan kalau aku sukanya film
sci-fi atau laga, bukan film menye-menye romantis-romantisan segala.
Lalu kamu terbahak. Kalau begitu kenapa kamu menonton film "Me befpre You" sampai puluhan kali?"
Selalu begitu ledekmu. Dan aku selalu bilang film itu romantis tapi ada
science nya. Kemudian kamu akan semakin terbahak. Aku akan ikut
tertawa. Tapi memang ku akui Sam Claflin sangat tampan di situ.
Aku
suka membuatmu tertawa. Memang agak susah karena kamu bukan orang yang
mudah tertawa. Bahkan berapa kali aku mencoba melucu kamu selalu berkata
"Apasi, gajelas." Tapi setelah berkata itu kamu akan senyum manis
sekali. Kadang juga kamu akan tertawa terbahak dan mengejekku leluconku
garing. "Kalau garing kenapa malah tertawa?" dan kamu semakin terbahak.
Sebenarnya
tidak ada alasannya kenapa aku suka melihatmu tertawa. Ya aku suka saja
saat melihatmu bahagia. Bukan karena kamu terlihat lucu ketika tertawa,
dengan matamu yang menyipit (mungkin bahkan hampir tertutup) kepalamu
yang agak mendongak dan mulutmu akan kamu tutupi dengan tangan kiri jika
kamu sudah mulai terbahak kemudian kamu menunduk lagi. Bukan karena
suara tawamu yang sering terngiang di telingaku bahkan ketika kita
berjauhan.
Tapi
juga karena aku menikmati auramu. Menikmati bagaimana semuanya juga
membuatku entah kenapa merasa juga bahagia. Ya, berbahagia. Mungkin
tawamu adalah mantra bahagiaku, bedanya mantra ini tidak perlu
mengucapkan kata-kata ajaib, hanya cukup kamu tertawa saja, hanya cukup
kamu berada di sekitarku saja.
Beberapa tahun kita sering berbagi oksigen bersama saking seringnya melakukan apa pun berdua.
Semuanya
menyenangkan. Kita bisa melewatkan waktu berjam-jam, pergi ke mana
tanpa rencana (menghabiskan bensin katamu) atau sekedar nongkrong di
warung siomay pinggir jalan. Mungkin sesekali bercanda kalau teman-teman
mengira kita itu pacaran, padahal kan kita cuman teman. Lalu kita akan
tertawa jika mengingat itu. Kamu mungkin benar-benar tertawa, aku
pura-pura tertawa.
Sayangnya
kamu tidak menyadarinya, kalau memang itu yang aku inginkan. Kita bukan
sekedar berteman. Entah aku yang kirang menunjukkan kalau aku jatuh
cinta atau kamunya yang memang kurang peka.
0 komentar:
Posting Komentar