Dan andai bisa kukatakan, aku ingin
Ayah mendengar ini.
Ayah..
Aku rindu ucapan kerasmu saat
membentakku akan sikapku yang salah. Aku rindu tanga hangatmu yang menggenggam
tangganku dikala aku bermimpi buruk. Aku rindu pelukmu yang kaku namun penuh
ketenangan. Aku rindu sifat jumawamu yang seakan meremehkanku. Aku rindu
mengadu padamu saat seseorang menyakitiku dan meremehkanku. Aku rindu kata-kata
tenangmu yang menghangatkan sakit hatiku. Dan aku rindu sosok keras namun
berwibawa yang aku kenal.
Aku menutupi kerinduanku dengan topeng
kekuatan, yang susah payah aku kenakan dalam kondisi apapun. Aku tidak bisa
dengan mudah membuka kedokku di hadapan semua orang, bahkan di hadapan ibu.
Mungkin tulisan ini yang menjadi saksi nyata betapa aku rapuh tanpamu di sini.
Aku menyadari bahwa aku selalu
bersikap jahat padamu, menentang perintahmu, dan memberikan kerutan di dahimu.
Aku selalu membuatmu marah, membuatmu kecewa dan selalu membuatmu bekerja
mati-matian demi hal yang aku inginkan. Aku meremehkanmu dikala aku mendengar
keluhanmu. Dan aku membuat ulah dikala dirimu sudah sulit untuk menahanku.
Aku menganggapmu pengganggu disaat kau
mencoba menjagaku. Aku menuduhmu tidak peduli disaat kau berusaha menunjukkan
tanggung jawabmu. Dan aku menuduhmu kejam hanya karena kesalahanmu yang satu
itu.
Dad,
I really really really love you and I miss you so bad
Aku bahkan kehilangan salah satu penyanggaku dikala Ayah
pergi. Dan aku menghabiskan waktuku untuk menyesali apa yang telah terjadi pada
kita. I wanna hold you tightest, just for
a second. I miss being the girl you loved.
Aku bukan penyair, bukan penulis lagu.
Aku tidak bisa menulis indah untuk memujamu dan membuktiikan betapa aku ingin
kamu ada di sini. Aku tidak mengeluh, aku hanya bermimpi, andai Tuhan memberiku
kesempatan untuk bertemu denganmu lagi, andai Tuhan memberiku waktu untuk
menunjukkan betapa aku menyayangimu, andai Tuhan memberiku satu kali lagi
pertemuan denganmu agar aku bisa memohon maaf atas semuanya.
Andai Tuhan membiarkan aku memelukmu
sekali lagi.
Aku yakin, Ayah telah tenang di sana.
Dan Ayah akan menjagaku dari atas sana. Ayah selalu ada di dalam hati dan
kekuatanku. Dan Ayah telah menyiapkan senyuman di kala aku bisa membuatmu
bangga.
Jaga aku dari tempat Ayah sekarang.
Beri aku semangat yang dulu berapi-api di masa muda Ayah. Aku yakin aku mampu
menjadi seperti Ayah. Dan mengukir senyum tertunda di bibir Ayah.
I
love you, Dad. Never ever ever ever stop for loving you. I wanna keep Mom in my
hand. Cause, I love you both, and it will never change.
Dengan air mata, tanpa luka
Hikmatul Husna
0 komentar:
Posting Komentar