Welcome to my little world

Selasa, 06 Mei 2025

Mengingatmu (lagi)

 Yogyakarta, 6 Mei 2025
 
Beberapa malam ini aku sering melihatmu lumayan aktif di grup tempat kita dulu sering mengobrol. Dan ya, itu membuatku agak canggung juga untuk ikut obrolan. Aku masih belum begitu nyaman hanya dengan melihat namamu saja. Padahal kita sudah berapa tahun berpisah. Padahal kamu juga sudah menemukan wanitamu yang baru juga.
 
Karena beberapa malam ini sering melihat namamu, akhirnya dengan kesadaran penuh aku membaca ulang hampir semua percakapan kita. Artinya dengan kesadaran penuh juga aku menyakiti hatiku sendiri. Dan berakhir pada kembalinya rusak jadwal tidurku. Memang hebat sekali aku ini.
 
Hai Kamu, Kakak. Bagaimana kabarmu di sangat jauh sana? Kita semakin jauh ya sekarang. Dulu kita hanya ratusan kilometer, sekarang menjadi ribuan kilometer. Kak, aku merasa semakin jauh juga kesempatanku untuk meminta maaf. Yang awalnya aku berpikir tentang kesempatan dekat denganmu lagi itu aku mengganti harapanku dengan kesempatan meminta maaf denganmu. Itu pun sekarang sudah sangat sulit. Ditambah lagi gengsiku yang luar biasa.
 
Kak, semalam setelah aku membaca ulang percakapan kita lebih kebagian yang saat itu membuatku menyerah akanmu. Itu membuatku berpikir. Apakah pada saat itu aku yang bersalah karena kurang peduli terhadapmu? Karena memang aku sadar sebagai manusia pun aku tergolong manusia terlalu cuek. Mungkin pada saat itu seharusnya aku sering menanyakan bagaimana keadaanmu. Kamu bukan tipe orang yang akan sukarela bercerita jika tidak ditanya. Dan kebetulan aku tipe yang belum tentu sehari sekali menanyakan bagaimana kabarmu. Sangat cocok bukan? Bagaimana bisa kita tidak salah paham kalau begitu? Lucunya kita.
 
Kemudian, lanjut sampai di titik yang kamu menunjukkan kepedulianmu padaku walaupun kita sudah tidak bersama saat itu. Sayangnya, saat itu aku bingung. Selain bingung, saat itu aku juga masih merasa sakit dengan segala tindakmu saat itu. Kemudian aku menanyakan kepada teman dekatku bagaimana aku harus merespon. Sejujurnya, aku tidak ingin membalas dengan kata yang kurang mengenakkan seperti saat itu. Bahkan setelah aku mengirimkan langsung aku merasa menyesal. Tetapi temanku pun berkata aku masih terlalu baik padamu. Katanya, kamu menyakitiku terlalu dalam, jadi tidak pantas mendapatkan perhatianku lagi. Kemudian aku menurutimya begitu saja, tanpa berpikir. Setelah kubaca kembali, ternyata semua hal menjadi terbalik. Aku lah kemudian yang menjadi tokoh antagonis tersebut.
 
Kak, maafkan aku atas apapun yang aku lakukan. Maafkan aku saat itu sudah menjadi manusia yang sangat tidak peka akan semua yang kamu alami. Maafkan aku sudah memutus komunikasi. Kamu bilang kalau hari ke depan masih panjang kan? Hehe, maaf hari panjang itu tidak bisa berlanjut lagi. Karena semua hal yang aku lakukan.
 
Terimakasih Kak sudah pernah mengisi hari-hariku. Semoga setelah ini kita bisa berkomunikasi tanpa canggung lagi ya. Bahagia terus Kak dengan siapapun itu. Jangan pernah merasa sendiri lagi ya. Cheeeerss!!!!🍻
Read More

Kamis, 01 Mei 2025

Saturn Cycle


 
Saturnus membutuhkan waktu dua puluh sembilan tahun untuk kembali ke titik di angkasa di mana planet itu berada pada saat kita dulu dilahirkan. Sampai hal itu terjadi, semua tampak mungkin, impian-impian kita jadi kenyataan, dan dinding-dinding apa pun yang mengelilingi kita masih dapat dirubuhkan. Ketika Saturnus menyelesaikan siklus ini, romantisme apa pun akan berakhir. Pilihan-pilihan bersifat pasti dan nyaris tidak mungkin berubah arah [1]
 
 Dan tepat pada hari ini, aku telah menyelesaikan siklus Saturnus-ku yang pertama.
 
“Jadi, kapan kau mau menikah?”
 
“Mom…”
 
“Este, apa kamu tidak malu tiap kali temu keluarga, Granny menyindirmu dengan panggilan spinster[2]?”
 
Aku memutar kedua bola mataku yang kini terlihat lebih jelas dan bulat setelah melakukan eyelid surgery dua tahun lalu. Momma bilang mataku  terlalu sipit dan zaman sekarang wanita yang punya mata seperti itu tidak populer, jadi ia memaksaku menguras tabungan untuk melakukan operasi plastik tak berguna itu.
 
“Mom, aku tidak peduli apa yang Granny atau keluarga kita katakan tentangku. Aku bisa mengurus hidupku sendiri,” jawabku sembari melipat kedua tangan di depan dada. Kulirik jam dinding di apartemenku was-was karena kehadiran Momma bukanlah yang aku harapkan—pukul tujuh malam dan ia  datang ke sini hanya untuk mengingatkan tentang umurku yang bertambah juga pernikahan. Cih, sungguh menyenangkan.
 
“Apa kauingin aku mengatur kencan buta untukmu?”
 
“Mom!” aku berseru nyaring dengan wajah risih; muak ditawari hal yang sama jutaan kali. Dulu, pernah sekali aku menurut, tapi Momma malah memberiku duda tua menjijikan yang belakangan ini baru kuketahui adala kolega bisnis Dadda.
 
“Kalau begitu, kaucarilah sendiri!” sahut Momma sama frustasinya. “Kau tak ingin dijodohkan, tapi sampai sekarang pun tak satu orang pria yang kaukenalkan. Sebenarnya apa maumu?”
 
Aku terdiam. Membuang muka ke tembok sembari mengenang banyak luka. Tidakkah kau ingat, Mom, aku pernah memperkenalkan seseorang padamu? Dan kau bilang pilihanku itu tak pantas. Keluarga Marlowe punya standar yang tinggi, mana mungkin menerima seorang musisi serabutan ke dalam keluarga. Kau memaki pria yang kucintai itu dengan kata-kata kasar, kau buat hatinya mendera begitu juga aku. Hingga akhirnya kami berpisah dan ia mengutukku karena perlakuan Momma telah membuatnya merasa sangat terhina.
 
Sejak itu, Mom. Mencintai pria lain adalah ketakutan terbesarku.
 
“Celeste Marlowe…” Momma memanggilku dengan lebih lembut, lalu duduk merapat dan menggenggam jemariku. “Kau tahu, aku dan Dadda begitu menyayangimu. Kau putri kami satu-satunya dan kami tak ingin kau menikahi pria sembarangan seperti musisi sinting waktu itu.”

Oh, tak kusangka Momma ternyata masih mengingat pria pertama dan terakhirku itu. Padahal, kejadian itu telah berlangsung lebih dari lima tahun yang lalu.
 
 “Hungaria begitu luas, Este, pasti ada banyak pria baik juga mapan yang mau menjadi suamimu.” Tangan Momma terangkat dan menyantuh wajahku, aku diam saja meski hatiku ingin menepis tangan yang dulu pernah menamparku begitu keras. “Kau cantik, berpendidikan, dan berasal dari keluarga yang baik. Kau bekerja di perusahaan ternama dan berada di posisi hebat untuk wanita seusiamu. Kau wanita kelas A. Mudah saja bagimu untuk menemukan pengganti pria itu.”
 
“Mom, aku sudah melupakannya.” Aku memiringkan kepala, mencoba menghindari sentuhan tangan Momma.
 
“Kalau begitu panjangkan lagi rambutmu.” Kini tangan Momma beralih pada rambut hitamku yang berpotongan pixie, menyisipi riapnya lembut meski kutahu ia ingin sekali menjambak rambutku dan berteriak di depan wajahku ‘anak tak tahu untung’ sama seperti dulu. “Kau tak pernah memanjangkannya sejak putus dari pria itu. Aku rindu rambut panjangmu yang indah.”
 
“Mom, lebih baik Momma pulang dan tinggalkan aku sendiri.” Akhirnya kutepis tangan Momma, mendorong bahunya lalu berdiri dan berjalan menuju jendela yang mengarah langsung ke lautan lampu kota Budapest. “Ada hal penting yang harus kulakukan sekarang,” imbuhku mencari-cari alasan.
Kudengar Momma mendesah, ia menatapku prihatin sebelum akhirnya berkata, “Baiklah, aku akan pulang sekarang.” Wanita yang kelihatannya selalu penuh keanggunan itu berdiri dan menatapku untuk yang terakhir kalinya. “Tapi aku akan kembali lagi dengan membawa beberapa foto dari biro jodoh milik kenalanku.”
 
Mendengar itu aku langsung membuang muka ke luar jendela; mengabaikan Momma serta langkah kakinya yang pergi meninggalkanku sendirian.

Hah...
 
Aku bertolak pinggang, mengalihkan pandanganku dari lautan lampu menuju langit kelam tanpa bintang di atas sana. Hari ini, dua puluh sembilan tahun yang lalu Siklus Saturnus-ku dimulai. Banyak hal yang terjadi di hidupku, Saturnus membawaku pada mimpi-mimpi masa muda yang kini terasa seperti racauan aneh orang sinting, juga pada masalah-masalah besar yang banyak mengubah arah hidupku. Di titik ini, segalanya berakhir dan aku pun mengenang kembali perjalanan panjang hidupku yang rasanya begitu menggelikan seperti film komedi tengah malam. Tapi aku tahu, ketika segala sesuatunya telah berakhir, di waktu yang sama ada banyak hal baru dimulai…

Ting! Tong!
 
Aku tersentak tatkala suara bel membuyarkan lamunanku. Sontak aku berlari menuju pintu dengan senyum merekah tak tertahankan karena sudah tahu pasti siapa yang menantiku di sana—kedatangan yang sebenarnya sudah kutunggu-tunggu sejak tadi meski kehadiran Momma yang tak terduga merusak suasana hatiku.
 
Happy birthday, Cee!”
 
Suara manis itu menyambut cuping telingaku sesaat setelah aku membuka pintu, seperti ada gempuran rasa bahagia yang luar biasa suasana hatiku langsung berubah drastis. Senyumku pun tertarik semakin lebar hingga rasanya bibirku nyaris sobek tatkala mendapati sosok mungil itu berdiri di hadapanku dengan membawa kue ulang tahun berukuran sedang dengan banyak lilin menyala di atasnya.
 
Thank you, Ellie,” balasku sembari meniup seluruh lilin dalam sekali embusan napas panjang.
 
“Ayo, masuk!” ajakku sembari mengambil kue di tangan gadis berambut panjang itu dengan satu tangan sementara tanganku yang lain meraih jemarinya.
 
Dalam hitungan detik, kue itu sudah kuletakan begitu saja di atas meja ruang tamu, lalu langsung menarik tubuh Elara Vienne ke dalam pelukanku—mencari-cari ketenangan yang selalu kudapatkan saat bersamanya.
 
“Ellie…” bisikku lembut, bisa kurasakan gadis itu kaget dengan tindakanku tapi sesaat kemudian ia pun balas memeluk pingganggku erat—selalu mengerti apa yang paling aku butuhkan seperti sekarang ini.
 
“Aku bahagia bersamamu.”
 
Tawa gadis itu berkumandang, ada bahagia yang sama terselip di antaranya. Ia mengangguk dan meletakan kepalanya di bahuku dengan rasa nyaman seolah-olah semua terasa tepat.
 
Tidak.
 
Semua memang terasa tepat.
 
“Aku juga bahagia, Cee,” balasnya sembari mengecup lembut pipiku dan detik itu pula Siklus Saturnus-ku kembali di mulai. Dan kali ini, aku tak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya.
Akan kutentang dunia untuk mempertahankan apa yang telah kumiliki sekarang.
 
 
~
 
[1] Dikutip dari buku Selingkuh karya Paulo Ceolho, hal. 46 alinea keenam
 
[2] Seorang wanita yang belum menikah, terutama wanita yang sudah tidak muda lagi dan tampaknya tidak akan pernah menikah
Read More

Welcome to my little world

Diberdayakan oleh Blogger.

Temukan Aku di...

Followers

© Bienvenue, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena